Sabtu, 01 Mei 2010

INFLAMASI / RADANG

Jaringan cedera karena infeksi sehingga menyebabkan terjadi reaksi perlawanan tubuh,terjadi luka dan tidak menyebar dan disisi lain terjadi perbaikan jaringan yang luka. Exp: kaki terbentur meja menimbulkan bengkak/ hematom, maka proses radang sudah terjadi….
Karbunkel: tangan kotor menyentuh daerah luka dan kuman menempel disitu dan terjadi reaksi antibody pada tubuh untuk melawan kuman tersebut dan melokalisasi agar luka tidak menyebar dan semakin dalam dan terjadilah proses penyembuhan.
Tanda tanda INfeksi:
TUMOR( bengkak dikarenakan terjadi diskontinuitas pembuluh darah pada subcutis sehingga darah pada bagian tersebut menggenag dan adanya reaksi antara antibody dengan kuman)
RUBOR( pembuluh darah mengalami fasodilatasi≈u/ mengalirkn darah ke lokasi luka lebih banyak supaya antibody pada daerah luka tersebut lebih banyak dan dapat melawan yang ada)
DOLOR(nyeri terjadi pada luka Karena pada UJUNG SYARAF SENSORISmemiliki syaraf nyeri sehingga bila terrtekan oleh hematom timbullah RESPON nyeri)
CALOR(Pelebaran pembuluh darah sehingga darah yang mengalir semakin deras dan menyebabkan perbedaan suhu pada lokasi luka)
FUNGTIOLAESA

PROSES PERADANGAN

Terjadi cedera jaringan (degenerasi dan necrosis:kemunduran fungsi)
Terjadi fasodilatasi dan cedera dinding kapiler
Cairan plasma terkumpul dan disertai fibroblast dan sel darahdan jaringan(proliferasi makrofag)
Fagositosis(mengalahkan benda asing)
Perubahan imunologis(dikatakan NEGATiF:jika seseorang mengalami radang maka antibody banyak disalurakan pada daerah luka sehingga antibody yang berada ditempat lain berkuraang sehingga orang tersebut akan mudah terserang penyakit yang lainnya)
Ditulis 12 September 2009

Alat kontrasepsi perempuan

Pil: Pil mengandung hormon-hormon yang membuat ovarium atau indung telur berhenti memproduksi seltelur setiap bulan
Cara menggunakan: Biasanya pil diminum selama21 hari dan diikuti 7 hari istirahat, pada merekadengan siklus menstruasi 28 hari. Seorangperempuan dapat berhenti mengkonsumsi pil kapansaja kalau ingin hamil
Kelebihannya: Mudah penggunaannya, kemungkinandapat mengurangi rasa sakit selagi menstruasi danbisa mencegah beberapa bentuk penyakit kankerleher rahim
Kekurangannya: Pil harus diminum setiap hari. Tidakmelindungi anda dari penyakit yang bisa ditularkanlewat hubungan kelamin atau HIV. Wanita yangmengkonsumsi pil dan merokok, beresiko tinggiterhadap penyakit pembekuan darah dan penyakit Jantung

Injeksi atau suntikan hormon: Seperti pil,suntikan mengandung satu jenis ormon
Cara menggunakan: Injeksi dilakukan sekali dalam tiga bulan, sekali dua bulan atau setiap bulan untuk mencegah ovulasi
Kelebihannya: Begitu mendapat suntikan hormon, anda tidak perlu melakukan apa-apa lagi sampai suntikan berikutnya
Kekurangannya: Suntikan ini harus dilakukan oleh petugas kesehatan. Mungkin kadang-kadang anda tidak mengalami menstruasi. Suntikan tidak melindungi anda dari penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin atau HIV

Kondom perempuan: Sebuah katup yang terbuat dari bahan poliuretan yang menutupi keseluruhan vagina
Cara menggunakan: Sebelum berhubungan kelamin, pasang dengan aman melalui liang vagina.
Kelebihannya: Alat ini dapat melindungi anda dari penyakit yang ditularkan lewat hubungan kelamin atau HIV
Kekurangannya: Anda harus berhenti sesaat ketikasedang melakukan hubungan seksual untuk memasangnya. Perempuan harus belajar cara menggunakannya dengan benar

IUD atau alat kontrasepsi dalam rahim: IUD adalah sepotong plastik kecil dengan kawat tembaga disekelilingnya
Cara menggunakan: Dimasukkan ke dalam rahim wanita oleh ahli atau dokter Kelebihannya: Mencegah kehamilan dalam jangkawaktu yang panjang Kekurangannya: Bisa meningkatkan resiko terkena penyakit atau radang. Tidak melindungi anda dari penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelaminatau HIV, dan tidak dianjurkan bagi orang yang belum pernah melahirkan anak

Cara-cara lain
Sistem kalender atau puasa
Caranya: Pasangan melakukan hubungan kelamin ketika wanita tidak sedang dalam masa subur. Misalnya, beberapa hari sebelum menstruasi atau beberapa hari sesudahnya
Kelebihannya: Tidak ada efek samping secara fisik
Kekurangannya: Sulit memperkirakan kapan masa menstruasi dan masa produksi sel telur, khususnya ketika anda masih muda. Cara ini juga tidak melindungi anda dari penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin atau HIV

Sanggama terputus
Caranya: Pria menarik penisnya dari vagina pasangannya sebelum ejakulasi
Kelebihannya: Tidak ada efek samping secara fisik
Kekurangannya: Tidak aman dan tidak efektif karena sperma bisa keluar sebelum ejakulasi. Selain itu tidak melindungi anda dari penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin atau HIV

Kontrasepsi darurat
Para petugas kesehatan mungkin menyediakan pil kontrasepsi untuk keadaan darurat, pil pencegah kehamilan yang harus dikonsumsi selambat-lambatnya 72 jam langsung setelah melakukan hubungan kelamin tanpa alat pencegah kehamilan. Bisa juga dengan memasang IUD 3 sampai 5 hari setelah melakukan hubungan kelamin tanpa pengaman. Pil kontrasepsi darurat ini sama fungsinya dengan pil-pil pencegah kehamilan lainnya, hanya dosisnya lebih tinggi. Kontrasepsi darurat mencegah kehamilan dengan cara menghentikan atau menunda keluarnya sel telur dari indung telur, atau mencegah nidasi sel telur yang sudah matang di dinding rahim.
Kelebihannya: Kontrasepsi ini adalah salah satu cara mencegah kehamilan setelah melakukan hubungan kelamin tanpa pengaman, atau kalau alat pencegah kehamilan ternyata gagal, seperti kondom yang bocor.
Kekurangannya: Secara keseluruhan tingkat keberhasilan kontrasepsi darurat ini tidak setinggi kontrasepsi biasa. Tingkat kegagalannya sekitar 2 persen utuk setiap kali pemakaian. Efek samping yang ditimbulkan antara lain rasa mual, pusing, ingin muntah, sakit pada buah dada dan kejang. Kontrasepsi ini tidak melindungi anda dari penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin atau HIV.

Sterilisasi
Vasektomi untuk pria dan tubektomi untuk perempuan adalah pilihan yang ada dalam dunia kedokteran, baik untuk alasan kesehatan maupun untuk mencegah kehamilan secara permanen. Bila orang memilih sterilisasi sebagai cara kontrasepsi, mereka melakukannya setelah benarbenar yakin tidak ingin punya anak atau tidak ingin punya anak lagi. Sterilisasi termasuk pembedahan dengan konsekuensi permanen,
karena itu jangan sekali-kali melakukan sterilisasi tanpa nasehat dokter atau ahli
kesehatan yang anda percaya.

Selasa, 20 April 2010

21 April 2010

KONSEP KELUARGA

1.PENGERTIAN

a.Spradley dan Allender (1996)
Satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional, dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan tugas.

b.BKKBN (1992)
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan satu kesatuan yang terbentuk atas dasar ikatan pernikahan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, saling berinteraksi dan berperan masing-masing sebagai pribadinya.

2.STRUKTUR KELUARGA

Menurut Friedman (1988) struktur keluarga terdiri atas:

a. Pola dan Proses Komunikasi

Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi seperti : sender, chanel-media, massage, environtment dan reciever.

Komunikasi dalam keluarga yang berfungsi adalah:

1). Karakteristik pengirim yang berfungsi

Yakin ketika menyampaikan pendapat
Jelas dan berkualitas
Meminta feedback
Menerima feedback




2). Pengirim yang tidak berfungsi

Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan dasar/data yang obyektif)
Ekspresi yang tidak jelas (contoh: marah yang tidak diikuti ekspresi wajahnya)
Jugmental exspressions, yaitu ucapan yang memutuskan/menyatakan sesuatu yang tidak didasari pertimbangan yang matang. Contoh ucapan salah benar, baik/buruk, normal/tidak normal, misal: ”kamu ini bandel...”, ”kamu harus...”
Tidak mampu mengemukakan kebutuhan
Komunikasi yang tidak sesuai

3). Karakteristik penerima yang berfungsi

Mendengar
Feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengalaman)
Memvalidasi

4). Penerima yang tidak berfungsi

Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar
Diskualifikasi, contoh : ”iya dech.....tapi....”
Offensive (menyerang bersifat negatif)
Kurang mengeksplorasi (miskomunikasi)
Kurang memvalidasi

5). Pola komunikasi di dalam keluarga yang berfungsi

Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira
Komunikasi terbuka dan jujur
Hirarki kekuatan dan peraturan keluarga
Konflik keluarga dan penyelesaiannya

6). Pola komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi

Fokus pembicaraan hanya pada sesorang (tertentu)
Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi
Kurang empati
Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri
Tidak mampu memfokuskan pada satu isu
Komunikasi tertutup
Bersifat negatif
Mengembangkan gosip
b. Struktur Keluarga

Struktur keluarga menyatakan bagaimana keluarga disusun, yaitu cara-cara yang digunakan untuk menata unit-unit tersebut saling terkait satu sama lain, dimensi / unit-unit tersebut adalah struktur peran, sistem nilai, proses komunikasi dan struktur kekuasaan.

1.Peran Keluarga
Peran diartikan dengan apa yang individu-individu harus lakukan dalam situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut (Ruge, 1976 dikutip oleh Friedman, 1998). Sehingga fungsi-fungsi keluarga dapat dicapai dengan maksimal (Turner, 1976 dikutip oleh Fridman, 1998) dengan kriteria masing-masing indivu menekankan pentingnya kemplementaritas peran. Kapabilitas peran-peran dan norma-norma keluarga dengan norma-norma kemasyarakatan, kehadiran peran dalam keluarga yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota keluarga dan kemampuan keluarga untuk memberikan respon terhadap perubahan melalui fleksibilitas peran (Glasser dan Glasser 1970 Messer, 1970 dikutip oleh Friedman, 1998) serta alokasi peran bersifat masuk akal dan tidak membebani satu anggota atau lebih peran formal.
Pembagian peran dalam keluarga dilakukan secara merata kepada setiap anggotanya disesuaikan dengan peran yang membutuhkan keterampilan dan kemampuan tertentu, tetapi ada juga peran lain yang tidak terlalu komplek dan dapat didelegasikan kepada anggota keluarga yang kurang terampil atau kepada mereka yang kurang memiliki kekuasaan. Peran formal yang biasanya ada dalam keluarga yaitu peran sebagai pencari nafkah, ibu rumah tangga, pengasuh anak, tukang masak, manager keuangan, sopir, dan lain-lain. Jika dalam keluarga hanya terdapat sedikit atau bahkan tidak ada anggota keluarga yang memenuhi perannya maka tuntutan dan kesempatan untuk menggantikan peran yang lain lebih tinggi sehingga peran dalam keluarga tetap berfungsi (Murray dan Zentner, 1985 dikutip oleh Friedman, 1998)
Disamping contoh peran formal diatas, menurut (Gesas, 1976 dikutip oleh Friedman, 1998) juga mengidentifikasi enam peran dasar sebagai suami (ayah), istri (ibu), peran-peran tersebut adalah peran sebagai providen (penyedia) sebagai pengatur rumah tangga, perawat anak, sosialisasi anak, rekreasi, persaudaraan (memelihara hubunga keluarga paternal dan maternal), peran terapeutik memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan dan peran seksual.
Peran Informal
Peran informal bersifat implicit atau tidak tampak hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individual (Satir, 1976 dikutip oleh Friedman, 1998) menurut Friedman (1998) peran-peran informal tersebut ada yang bersifat adaptif dan maladaptif yaitu sebagai pendorong, pengikut, pencari pengakuan, martir, keras hati, sahabat, kambing hitam, keluarga, penghibur, perawat keluarga, pioner, keluarga distributor, dan orang yang tidak relevan, kordinator keluarga, penghubung keluarga dan saksi.

2.Struktur Nilai
Nilai adalah sebuah keyakinan abadi yang berfungsi sebagai pedoman bagi tindakan (Rokeach,1973 dikutip oleh Friedman,1998). Sedangkan nilai-nilai keluarga didefinisikan sebagai suatu sistem ide sikap dan kepercayaan tentang nilai suatu keseluruan atau konsep yang sadar maupun yang tidak sadar mengikat bersama-sama seluruh anggota keluarga dalam suatu budaya (Darat dan Caplan,1965 dikutip oleh Friedman,1998). Kebudayaan keluarga merupakan suatu sumber sistem nilai dan norma-norma yang menentukan pemahaman individu sifat serta makna kehidupan.
Nilai-nilai bersifat dinamis serta berfungsi sebagai pedoman umum bagi perilaku dalam keluarga sebagai nilai-nilai tersebut membimbing perkembangan aturan-aturan dari keluarga (Friedman,1998)
Norma-norma merupakan pola-pola perilaku yang dianggap menjadi hak dari sebuah masyarakat tertentu,dan pola-pola perilaku semacam itu disarankan pada sistem nilai dari keluarga berbeda dengan aturan-aturan keluarga yang merupkan suatu refleksi keluarga menunjuk pola pangaturan khusus yang keluarga pertahankan yaitu tentang apa yang dapat diterima dan tidak dapat diterima serta diatur keluarga diatur oleh nilai-nilai yang lebih abstrak (Friedman,1988).

3.Struktur Proses dan Pola Konsumsi

Struktur keluarga, khususnya struktur komunikasi berfungsi memudahkan pencapaian fungsi keluarga secara umum,misalnya komunikasi yang akurat memungkinkan kelurga mensosialisasikan anak-anak dan fungsi dasar dari keluarga. Komunikasi keluarga juga dipandang baik sebagai damensi struktural maupun proses sistem. Dengan kata lain, komunikasi keluarga dapat dianggap sebagai isi yang tercipta dan digambarkan sebagai suatu komponen struktural.(Friedman,1998)
Komunikasi fungsional dipandang sebagai kunci bagi sebuah keluarga yang berhasil dan sehat yaitu komunikasi yang sesuai antar tingkat perintah atau intruksi dan isi (Satir, 1983 dikutip oleh Friedman, 1988). Friedman juga menjelaskan komunikasi yang efektif adalah mencocokan arti,mencapai konsisten dan mencapai kesesuaian antara pesan yang diterima dan diharapkan.

1.Pengirim fungsional
Satir (1907) dikutip oleh Friedman (1988) menyatakan bahwa pengirim yang berkomunikasi dalam suatu cara fungsional dapat : pada saat yang sama ia menjelaskan dan mengubah apa yang ia katakana meminta umpan balik dan bersikap menerima umpan balik ketika ia mendapatkannya.

2.Penerima fungsional
Penerima fungsionl dapat melakukan:mendengar secara aktif, memberikan umpan balik, menerima pengirim menjelaskan dan mengubah pernyataan ini mendorong pengirim untuk menggali secara penuh, menegosiasi, dimana dalam menegosisai penerima menciptakan suatu hubungan antar pengalaman, pengalaman sebelumnya (Gottman et,al,1977­) dikutip oleh Friedman, 19880. Menyatakan kembali dan meriksa persepsi dan yang terakhir validasi.

Komunikasi Disfunsional
Komunikasi yang tidak sehat pada pengirim dibahas dalam 5 kategori yaitu:
a. Asumsi-asumsi
Dibawah ini merupakan contoh pemakaian asumsi, yaitu berbicara untuk orang lain, apa yang dirasakan atau dievaluasi terdapat diubah, peran yang tidak komplit berasumsi orang lain mengungkapkan persepsi, pikiran dan perasaan yang sama, generasi satu contoh mewakili semua.
b. Ekspresi perasaan tak jelas
contoh pengungkapan tak jelas yaitu : sarkasme, kemarahan, terpendam, ungkapan sakit hati sebagai marah.
c. Ekspresi menghakimi
d. Ketidakmampuan mengungkapan kebutuhan
e. Komunikasi yang kongruen

3.Penerima Disfungsional
Penerima disfungsional meliputi : gagal mendengar, disfungsional, dan kurang ekspresi

d.Struktur kekuatan keluarga

Menurut MC Donald (1980) dikutip oleh Friedman (1988), kekuasaan didefinisikan dengan kemampuan, baik kemampuan potensial maupun aktual dari seorang individu untuk mengontrol mempengaruhi dan merubah tingkah laku seseorang.

Dasar-dasar kekuasan keluarga

1. Kekuasaan / wewenang yang sah

Kekuasaan yang sah kadang disebut juga wewenang primer dimana satu orang mempunyai hak untuk mengontrol tingkah laku dari satu anggota keluarga lain, contohnya adalah kontrol dominasi orang tua terhadap anak-anak. Hal ini merupakan wewenag yang berdasar atas tradisi disini suami sebagai kepala keluarga mengontrol seluruh anggota keluarga. Jika kekuasaan sah ada, maka baik suami maupun istri sama-sama menerima peran dominant, artimya sama-sanma menunjukkan penerimaan terhadap peran (Friedman, 1988)
2. Kekuasaan yang berdaya atau putus asa

Tipe kekuasaan ini merupakan suatu bentuk penting dari kekuasaan sah yang didasarkan pada pihak yang diterima secara umum dari mereka yang tidak berdaya (Week dan Gacson, 1982 dikutip oleh Friedman, 1988) mereka juga menerangkan bahwa korban memperoleh banyak kekuasaan palsu dalam keluarga. Kekuasaan yang tidak berdaya mungkin sangat efektif dalam keluarga dimana salah satu anggotanya kronis, cacat, lansia. Seorang suami / istri / anggota keluarga yang cacat dapat mengontrol anggota keluarga atas dasar ketidakberdayaan (Friedman, 1988)

3. Kekuasaan referen

Kekuasaan referen mempunyai arti senacam kekuasaan yang dimulai oleh orang-orang tertentu terhadap orang lain karena identitas positif terhadap seperti identifikasi positif dari seorang anak terhadap orang tua, serta biasanya orang tua merupakan orang yang menjadi model peran (Friedman, 1988)

4. Kekuasaan ahli dan sumber

Kekuasaan sumber adalah tipe dasar kekuasaan yang datangnya dari sumber-sumber berharga dalam jumlah yang lebih banyak dalam suatu hubungan. Jika kekuasaan didefinisikan sebagai kemampuan untuk menekan atau mempengaruhi sumber-sumber atau atribut-atribut tertentu, suasana, pemilikan dipandang sebagai determinan utama kemampuan ini (Osmond, 1978) dikutip oleh Friedman, 1988
Misalnya suami dominant karena ia mengontrol uang belanja / istri dominan karena istri lebih praktis dan lebih terarah pada tujuan suami

4.Kekuasaan penghargaan

Kekuasaan penghargaan berasal dari adanya harapan bahwa orang yang berpengaruh dan dominan akan melakukan sesuatu yang positif terhadap ketaatan seseorang (Friedman, 1988)

5.Kekuasaan dominasi atau paksaan

Penggunaan yang efektif dari sumber-sumber ker\kuasaan ini berdasarkan persepsi dan kepercayaan bahwa orang yang memiliki kekuasaan mungkin akan menghukum dengan ancaman, paksaan atau kekerasan yang bersifat memaksa digunakan dengan pengambilan keputusan paksa pula (Friedman, 1988)




6.Kekuasaan informasional

Dasar kekuasaan ini berasal dari pesan persuasif. Seorang anak individu diyakinkan oleh kebenaran dari pesan karena penjelasannya tentang pentingnya perubahan yang dilakukan secara gemilang dan hati-hati (Roven, et, al, 1975 dikutip oleh Friedman, 1988). Tipe kekuasaan ini sama dengan kekuasaan ahli tapi ruang lingkupnya sempit.

7.Kekuasaan manajemen ketegangan

Tipe dasar kekuasaan ini diturunkan dari control dimana dicapai oleh pasangan dengan mengoreksi ketegangan dan konflik yang ada dalam keluarga dengan menggunakan perdebatan penuh air mata, mencabit dan ketidak pastian dalam memasukkan, contoh kekuasaan manajemen ketegangan (Friedman, 1988)

3. TIPE KELUARGA

Tipe/Bentuk Keluarga

Keluarga merupakan salah satu bagian dari bidang garap dunia keperawatan, oleh karena itu supaya perawat bisa memberikan asuhan keperawatan dengan tepat, perawat harus memahami tipe keluarga yang ada..

i.Tradisional
The Nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak
The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak yang sudah memisahkan diri.
The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karier/pendidikan yang terjadi pada wanita.
The extended family
Keluarga yang terdiri dari dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah, seperti nuclear family disertai: paman, tante, orang tua (kakek-nenek), keponakan
The single parent family
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hokum pernikahan)
Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pad saat ”weekend”
Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama (contoh: dapur, kamar mandi, televisi, telepon,dll)
Blended family
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
The single adult living alone/single adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (perceraian atau ditinggal mati)

ii.Non-Tradisional
The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah
The stepparent family
Keluarga dengan orang tua tiri
Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
The nonmarital heterosexsual cohabiting family
Keluarga yan ghidup bersamaberganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana ”marital pathners”
Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan pernikahan karena beberapa alasan tertentu
Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang saling merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu termasuk sexsual dan membesarkan anak.
Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya
Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

4. TAHAP DAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA

Menurut Duval dan Miller (1985) dikutip oleh Friedman (1988), memformulasikan tahap-tahap perkembangan keluarga menjadi 8 tahap yaitu :

a.Tahap I : Keluarga pemula atau keluarga pasangan baru

Tugas perkembangannya meliputi :
1.Membangun perkawinan yang saling memuaskan
2.Membangun jaringan persaudaraan yang harmonis
3.Keluarga berencana

Masalah kesehatan utama adalah penyelesaian seksual dan peran perkawinan, penyuluhan dan konseling, pre natal dan komunikasi, keluarga informasi sering mengakibatkan masalah-masalah emosional dan seksual, ketakutan, rasa bersalah, kehamilan yang tidak direncanakan dan penyakit kelamin baik sebelum maupun sesudah perkawinan.

b.Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak

Dimulai dengan kelahiran anak pertama keluarga mempunyai tugas perkembangan yang penting.
1.Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap (mengintegrasikan bayi baru kedalam keluarga)
2.Konsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan anggota keluarga
3.Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
4.Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua, kakek dan nenek

Masalah Kesehatan

Masalah kesehatan utma keluarga dalam tahap ini adalah pendidikan maternasi yang berpust pada keluarga, perawat bayi yang baik, pengenalan dan pegangan masalah-masalah kesehatan fisik secara dini, imunisasi, konseling perkembangan anak keluarga berencana, interaksi keluarga dan bidang-bidang peningkatan kesehatan umum (gaya hidup)

Pada tahap kedua ini, peran perawat memberikan konseling dan demonstrasi pada keluarga tentang kebutuhan nutrisi anak.

c.Tahap III : Keluarga dengan anak pra sekolah

Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga mungkin terdiri 3 hingga 5 orang dengan pasti suami / ayah, istri / ibu, anak laki-laki saudara, anak perempuan saudari.

Tugas perkembangan

Menurut Duval Miller (1985) dikutip oleh Friedman (1988) tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :

1.Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain privasi, keamanan.
2.Mensosialisasikan anak
3.Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak yang lain.
4.Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan perkawinan, hubungan orang tua dan anak) dan diluar keluarga (keluarga besar dan komunikasi)

Karena daya tahan spesifik terhadap banyaknya bakteri dan penyakit virus, serta paparan yang mengikat, anak-anak pra sekolah sering menderita sakit dengan satu penyakit infeksi primer secara bergantian. Jadi kontak anak dengan penyakit infeksi dan menular serta kerentanan umum merreka terhadap penyakit merupakan masalah-masalah utama.
Masalah kesehatan fisik yang utama adalah penyakit-penyakit menular yang umum pada anak dan jatuh, luka baker, keracunan, serta kecelakaan-kecelakaan lain yang penting adalah persaingan diantara kakak dan adik, keluarga berencana, kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan. Masalah pengasuh anak seperti pembatasan lingkungan (disiplin), penganiayaan dan menelantarkan anak keamanan dirumah dan masalah komunikasi keluarga (Friedman, 1988).
Tugas perawat dalam tahap ini adalah memberikan pengetahuan pada keluarga terhadap anak usia pra sekolah, memberikan penyuluhan tentang tumbuha kembang anak dan memotifasi keluarga agar memperhatikan kesehatan anak.
d.Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah

Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun

Tugas Perkembangan

1.Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.
2.Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
3.Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga

Akibat perkembangan anak meluas, pengaruh keluarga berubah, orang tua tidak lagi dipandang sebagai hal pokok, tahu segalanya. Anak dan khususnya remaja, belajar bahwa orang tua adalah manusia biasa yang kadang nilai orang tua dan ide-idenya dipertanyakan, serta konflik lebih tinggi antara anak dengan orang tua. Meskipun terjadi konfrontasi bagaimanapun anak masih membutuhkan kasih sayang dan dorongan orang tua, dimana nilai-nilai orang tua, ide-ide dan harapan-harapan akan membantu remaja membentuk diri mereka sendiri (Friedman 1998)

Masalah Kesehatan

Menurut Stanhope dan Lancaster (1998) dikutip oleh Friedman (1998) penyebab angka kematian anak sekolah :

1.Kecelakaan dan injury

Penyebab utama kematian pada anak usia sekolah yaitu : kecelakaan kendaraan bermotor, skate board, sepeda

2.Kanker

Anak usi 1-4 tahun terkena sering kanker terutama leukemia, tindakan yang dilakukan adalah pemeriksaan dini riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik

3.Bunuh diri

Anak yang bunuh diri biasanya berada dalam lingkungan social yang buruk dan mempunyai masalah dalam keluarga, serta gangguan psikiatrik.
Peran perawat dalam tahap ini adalah memotivasi keluarga untuk selalu memperhatikan kegiatan anak baik didalam maupun diluar rumah.

e.Tahap V : Keluarga dengan anak remaja

Tahap keluarga dengan anak remaja diawali pada saat anak pertama berusia 13 tahun, tahap ini akan berlangsung 6 himgga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau jika anak masih tinggal dirumah sampai berusia 19 atau 20 tahun (Duval,1 977 dikutp oleh Friedman, 1998)

Tugas Perkembangan

Menurut Friedman (1998 : 126) tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja yaitu :

1.Mengimbangi kebebasan remaja dengan tanggung jawab sejalan dengan maturitas remaja
2.Memfokuskan kembali hubungan perkawinan (Wilson, 1998 dikutip oleh Friedman, 1998)
3.Melakukan komunikasi terbuka antara orang tua dan remaja
4.Mempertahankan standar etik dan moral keluarga

f.Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda

Permulaan dari fase khidupan keluarga ini ditandai dengan anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan “rumah kosong” ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini agak singkat atau panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang ada dalam rumah atau berapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal setelah tamat sekolah.

Tugas Perkembangan

1.Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru
2.Melanjutkan untuk mempengaruhi dan menyesuaikan kembali
3.Membantu orang tua lanjut usia yang sakit-sakitan dari suami maupun istri

Masalah Kesehatan

Masalah utama kesehatan utama meliputi masalah komunikasi kaum dewasa muda dengan orang tua mereka, masalah transisi peran bagi suami istri, masalah orang yang memberikan perawatan (bagi orang tua usia lanjut) dan munculnya kondisi kesehatan kronis atau faktor-faktor yang berpengaruh seperti tingkat kolesterol tinggi, obesitas dan hipertensi.

g.Tahap VII : Orang tua usia pertengahan

Orang tua usia pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun sampai kurang lebih 16-18 tahun kemudian.


Tugas Perkembangan

1.Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
2.Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua lansia dan anak-anak
3.Memperkokoh hubungan perkawinan

Masalah Kesehatan

1.Kebutuhan promosi kesehatan, istirahat yang cukup, kegiatan waktu luang dan tidur, nutreisi yang baik, program olah raga yang teratur, pengurangan berat badan hingga berat badan yang optimum, berhenti merokok, berhenti / menghentikan penggunaan alcohol, pemeriksaan skrinning kesehatan preventiv
2.Masalah-masalah hubungan perkawinan
3.Komunikasi dan hubungan anak-anak, ipar, cucu, dan orang tua yang berusia lanjut
4.Masalah yang berhubungan dengan perawatan : membantu perawatan orang tua yang lanjut usia yang tidak mampu merawat diri

h.Tahap VIII : Keluarga dalam usia pension dan lansia

Tugas keluarga

1.Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
2.Menyesuaikan terhadap penghasilan yang menurun
3.Mempertahankan hubungan perkawinan
4.Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
5.Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
6.Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (Penelaahan dan integrasi hidup)

Masalah Kesehatan

Faktor-faktor seperti munculnya fungsi dan kekuatan fisik sumber-sumber financial yang tidak memadai, isolasi sosial, dan banyak kehilangan lainnya yang dialami lansia menunjukkan ketentraman psikologi (Kelley et al, 1997 dikutip oleh Friedman 1998), oleh karena itu terdapat masalah-masalah kesehatan yang bersifat multiple.
Peran perawat pada tahap ini diantaranyan memberikan konseling pada keluarga tentang persiapan pelepasan orang yang dicintai.

DAFTAR PUSTAKA




Citra D ,Agus. 2002. Tuntunan Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga,
Bandung : Rizqi Press
Effendy, N. (1998). Dasar-Dasar Perawatan Masyarakat (Edisi 2). Jakarta ; EGC.

Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Bandung : PT Citra Aditya Bakti

Friedman, M, M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek. Alih Bahasa ;
Ina Debora dan Yakim Asy. Jakarta ; EGC

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi Dalam Praktek.
Jakarta ; EGC
A.NAPZA
NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, Dan Zat Adiktif lainnya. Adapun pengertian dari NAPZA adalah zat-zat kimiawi yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia, baik secara oral (melalui mulut), dihirup (melalui hidung) Ada banyak istilah yang dipakai untuk menunjukkan penyalahgunaan zatzat berbahaya. Penggunaan NAPZA berlanjut akan mengakibatkan ketergantungan secara fisik dan/atau psikologis serta kerusakan pada sistem syaraf dan organ-organ otonom. NAPZA terdiri atas bahan-bahan yang bersifat alamiah (natural) maupun yang sintetik (buatan). Bahan alamiah terdiri atas tumbuh-tumbuhan dan tanaman, sedangkan yang buatan berasal dari bahan-bahan kimiawi.
I.Narkotika
Pengertian umum
NARKOTIKA: zat-zat alamiah maupun buatan (sintetik) dari bahan candu/kokaina atau turunannya dan padanannya - digunakan secara medis atau disalahgunakan - yang mempunyai efek psikoaktif.
Pengertian menurut UU
Menurut Undang-undang RI No. 22/1997 tentang narkotika, Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika dibedakan dalam 3 golongan sebagai berikut :
Narkotika golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : heroin, kokain dan ganja.
Narkotika golongan II : Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan, digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : morfin, petidin, turunan/garam dalam golongan tersebut.
Narkotika golongan III : Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan Contoh : kodein, garam-garam narkotika dalam golongan tersebut
II.Alkohol
ALKOHOL : zat aktif dalam berbagai minuman keras, mengandung etanol yang berfungsi menekan syaraf pusat

III.Psikotropika

Pengertian umum

PSIKOTROPIKA: adalah zat-zat dalam berbagai bentuk pil dan obat yang mempengaruhi kesadaran karena sasaran obat tersebut adalah pusat-pusat tertentu di sistem syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Menurut UU no.5/1997 Psikotropik meliputi : Ecxtacy, shabu-shabu, LSD, obat penenang/tidur, obat anti depresi dan anti psikosis. Sementara PSIKOAKTIVA adalah istilah yang secara umum digunakan untuk menyebut semua zat yang mempunyai komposisi kimiawi berpengaruh pada otak sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, pikiran, persepsi, kesadaran.

Pengertian menurut UU

Menurut Undang-undang RI No. 5/1997 tentang Psikotropika : psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika dibedakan dalam 4 golongan sebagai berikut :
Psikotropika golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan Contoh : MDMA, ekstasi, LSD, ST
Psikotropika golongan II : Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh : amfetamin, fensiklidin, sekobarbital, metakualon, metilfenidat (ritalin).
Psikotropika golongan III : Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh : fenobarbital, flunitrazepam.
Psikotropika golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh: diazepam, klobazam, bromazepam, klonazepam, khlordiazepoxide, nitrazepam (BK,DUM,MG)
IV.Zat Adiktif

ZAT ADIKTIF lainnya yaitu zat-zat yang mengakibatkan ketergantungan seperti zat-zat solvent termasuk inhalansia (aseton, thinner cat, lem). Zat-zat tersebut sangat berbahaya karena bisa mematikan sel-sel otak. Zat adiktif juga termasuk nikotin (tembakau) dan kafein (kopi).

B.Jenis – jenis NAPZA
a. Berdasarkan bahan pembentuknya
1. Natural
diambil dari tanaman seperti ganja, candu, kokaina, jamur, kaktus, tembakau, kopi, pinang, sirih, dll.
2. Sintesis
dibuat dari bahan kimia farmasi atau dicampur dengan bahan alamiah seperti: amphetamin, kodein, lem dll.
  b. Berdasarkan efek kerja

1. Merangsang
yaitu jenis Napza yang mampu memacu kerja jantung, memompa paru-paru dengan lebih giat dan mengaktifkan berbagai hormon transmitter di dalam otak sehingga menyebabkan rasa segar dan bersemangat.
2. Menekan
yaitu jenis Napza yang mampu memperlambat jantung dan denyut nadi, memperlambat kerja paru-paru dan mengurangi transmitter pada otak sehingga menyebabkan rasa mengantuk atau rasa tenang
3. Mengacaukan
yaitu jenis Napza yang mampu mempengaruhi kinerja Susunan Saraf Pusat, Otak dan Tulang Belakang sehingga mampu menyebabkan halusinasi, melihat dan merasakan realitas palsu.
 
c. berdasarkan cara penggunaan
dimasukan dalam mulut (Oral)
disuntikan ke dalam tubuh (Injeksi)
diletakan di dalam luka dihisap (sniffed)/hirup (inhaled)
dimasukan melalui anus (Insersi anal)
d. berdasarkan bentuk

Cairan
Pasta
Pil/kapsul
Kristal/blok
Bubuk
Gas
Lapisan kertas (impregnated paper)

Contoh NAPZA berdasarkan bentuk
1.Opioda/Opiat,
yaitu zat baik yang alamiah, semi sintetik maupun sintetik yang diambil dari pohon poppy (papaver somniferum). Opiat (narkotika) merupakan kelompok obat yang bersifat menenangkan saraf dan mengurangi rasa sakit.
Turunan Opioda/opiat adalah:
a.Opium yang diambil dari getah pohon poppy yang dikeringkan dan ditumbuk menjadi serbuk /bubuk berwarna putih
b.Morfin dibuat dari hasil percampuran antara getah pohon poppy (opium) dengan bahan kimia lain. Jadi semi sintetik. Dalam dunia kedokteran, zat ini dipakai untuk mengurangi rasa sakit. Tetapi karena efeknya yang negatif, maka penggunaannya diganti dengan obat-obatan sintetik. Morfin digunakan dalam pengobatan medis karena dapat menawarkan rasa nyeri, dapat menurunkan tekanan darah, dapat menimbulkan efek tidur. Pengaruh fisik morfin adalah mual, mengecilnya pupil mata, beratnya rasa kaki, gatal-gatal pada muka dan hidung, seringnya menguap, panas pada perut, berkeringat, berkurangnya pernafasan, merinding, dan menurunnya suhu badan. Efek psikologis yang terasa adalah mengantuk, terganggunya fungsi mental, berkurangnya nafsu makan dan seks, apatis, dan sulit berkonsentrasi. Morfin juga menghilangkan rasa cemas dan takut.
c.Heroin diambil dari morfin melalui suatu proses kimiawi. Heroin tidak dipakai di dunia kedokteran karena menimbulkan efek ketergantungan yang sangat berat, dan kekuatannya jauh lebih besar daripada morfin. Jumlah yang sedikit saja sudah menimbulkan efek. Heroin biasa berbentuk bubuk berwarna agak kecoklatan. Turunan heroin yang sekarang banyak dipakai adalah Putaw yang mengakibatkan ketergantungan sangat berat bagi pemakainya. Heroin biasanya digunakan dengan cara menyuntik melalui pembuluh darah (berbeda dengan morfin) karena efeknya jauh lebih cepat terasa dan lebih lama tertahan. Ada pula yang menggunakannya dengan cara menghirup lewat hidung. Seperti morfin, heroin dapat mengurangi rasa sakit, mengurangi kecemasan , menenangkan dan memberikan rasa aman. Seperti opiat lainnya, heroin menimbulkan toleransi, ketergantungan fisik dan ketergantungan psikologis.
Heroin / Putauw adalah obat yang sangat keras dengan zat adiktif yang tinggi berbentuk serbuk, tepung, atau cairan. Heroin "menjerat" pemakainya dengan cepat, baik secara fisik maupun mental, sehingga usaha mengurangi pemakaiannya menimbulkan rasa sakit dan kejang-kejang luar biasa
Gejala-gejala yang muncul dalam usaha berhenti memakai heroin berupa rasa sakit disertai kejang-kejang, kram di perut disertai rasa seperti akan pingsan, menggigil dan muntah-muntah, keluar ingus, mata berair, tidak ada nafsu makan, dan kehilangan cairan tubuh
Salah satu jenis heroin yang popular adalah "putauw" yaitu heroin dengan kadar lebih rendah (heroin kelas lima atau enam) yang berwarna putih. Jenis heroin ini dikenal dengan berbagai nama : putauw, putih, bedak, PT, white, etep, dll
2.Kodein dan berbagai turunan morfin.
Kodein banyak dipakai dalam dunia kedokteran antara lain untuk menekan batuk (antitusif) dan penghilang rasa sakit (analgetik). Karena efeknya bisa mengakibatkan ketergantungan maka penggunaan obat-obatan ini masih diawasi oleh lembaga-lembaga kesehatan. 5. Metadon, jenis opiat sintetika, dengan kekuatan seperti morfin, tetapi gejala putus obat tidak sehebat morfin, sehingga metadon digunakan dalam pengobatan pecandu morfin, heroin, dan opiat lainnya
3.Alkohol,
Adalah cairan yang mengandung zat Ethylalkohol. Alkohol digolongkan sebagai NAPZA karena mempunyai sifat menenangkan sistem syaraf pusat, mempengaruhi fungsi tubuh maupun perilaku seseorang, mengubah suasana hati dan perasaan. Alkohol bersifat menenangkan, walaupun juga dapat merangsang.
Alkohol mempengaruhi sistem syaraf pusat sedemikian rupa sehingga kontrol perilaku berkurang. Efek alcohol tidak sama pada semua orang, melainkan sangat dipengaruhi oleh faktor fisik, mental, dan lingkungan. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa bahaya alkohol jauh lebih besar daripada obat lainnya. Hal ini ada benarnya juga, karena dibandingkan obat-obatan lain alkohol mempunyai sifat sebagai berikut: merangsang, menenangkan, menghilangkan rasa sakit, membius, membuat gembira. Apabila ketergantungan sudah terjadi, keadaan ini secara lebih khusus disebut alkoholisme Menurut beberapa ahli, alkohol merupakan zat psikoaktif yang paling berbahaya.
4.Sedativa
Adalah zat yang dapat mengurangi fungsi sistem syaraf pusat. Sedativa dapat menimbulkan rasa santai dan menyebabkan ngantuk (sering disebut obat tidur). Biasanya sedativa digunakan untuk mengurangi stress atau sulit tidur. Karena toleransi dan ketergantungan fisik, maka gejala putus obat bias jauh lebih hebat daripada putus obat dengan opiat. Zatzat ini juga mudah membuat ketergantungan psikologis. Secara farmokologi sedativa dapat dibedakan antara barbiturat dan bukan barbiturat. Barbiturat adalah jenis obat sintetik yang digunakan untuk membuat orang tidur, mengurangi rasa cemas, dan mengontrol kekejangan, mengurangi tekanan darah tinggi. Beberapa jenis barbiturat yang sering disalahgunakan adalah: Dumolid, Rohypnol, Magadon, Sedatin, Veronal, Luminal. Nonnarbiturat, contohnya Methaqualone yang berbentuk pil putih (misalnya Mandrax/MX). Sedativa bias mengakibatkan koma bahkan kematian bila dipakai melebihi takaran.

5.Trankuiliser
Merupakan obat penenang mula-mula dibuat untuk menenangkan orang tanpa membuat orang tidur, sebagai pengganti berbiturat yang dianggap menimbulkan efek samping. Dalam bahasa sehari-hari obat ini disebut sebagai obat penenang untuk menghilangkan kecemasan tanpa menimbulkan rasa ingin tidur. Trankuiliser Mayor antara lain digunakan untuk mengobati orang sakit jiwa agar dapat menenangkan (contoh : largactil, serenal, laponex, stelazine) . Trankuiliser Minor digunakan untuk mengurangi kecemasan dan memberikan ketenangan pada orang yang menderita stress, gangguan neurosa atau gangguan psikosomatis. Secara farmakologi, ada 3 kelompok trankuiliser mayor, yaitu benzodiazepin, meprobamate, dan antihistamin. Golongan benzodiazepin termasuk golongan yang paling banyak disalahgunakan (contoh : Activan, Mentalium, Diazepin, Frisium, Sedatin (BK), Lexotan, Valium). Dibandingkan sedativa, trankuiliser dianggap kurang berbahaya, tetapi bila dicampur dengan alkohol, akan sangat berbahaya.

6.Kafein,
Merupakan zat yang dapat ditemukan pada kopi, teh, coklat dan minuman soda (seperti coca cola). Dalam dosis rendah kafein tidak berbahaya melainkan dapat menyegarkan. Tetapi dalam dosis tinggi, kafein dapat menyebabkan gugup, tidak dapat tidur, gemetar, naiknya kadar gula dalam darah, koordinasi hilang, nafsu makan berkurang, bahkan bisa keracunan. Efek kafein, seperti juga pada obat-obatan lainnya, akan sangat tergantung pada jumlah pemakaian dan individunya.

7.Kokain,
adalah zat perangsang berupa bubuk kristal putih yang disuling dari daun coca (Erythroxylon coca) yang tumbuh di pegunungan Amerika Tengah dan Selatan. Seperti juga amphetamin, kokaina merupakan stimulan/merangsang sistem saraf pusat sehingga pengguna merasa enak dan bergelora. Karena efek yang timbul relatif singkat, dan setelah perasaan bergelora hilang, orang akan menggunakannya lagi untuk menghilangkan rasa tidak enak. Penggunaan secara kronis dapat menimbulkan gangguan pencernaan, mual, hilangnya nafsu makan, berkurangnya berat badan, sulit tidur, dan waham atau halusinasi ringan. Bila kokaina disedot lewat hidung, juga timbul kerusakan pada tulang hidung. Kokain adalah obat yang sangat berbahaya dan menimbulkan ketergantungan psikologis yang besar.

8. Amphetamin,
adalah zat sintetik yang menyerupai kokain, berbentuk pil, kapsul atau tepung. Amphetamin adalah zat perangsang yang digunakan untuk mengubah suasana hati, meningkatkan semangat, mengurangi kelelahan dan rasa ngantuk, meningkatkan rasa percaya diri, dan mengurangi berat badan. Tetapi karena dosis pemakaian akan terus bertambah, maka obat ini tidak dipakai lagi dalam program diet. Bagi orang yang menyalahgunakan obat ini, efeknya adalah memperoleh energi serta semangat tinggi serta pada saat sedang intoksikasi. Jenis-jenis amphetamin antara lain: Dexedrine, Laroxyl, Reactivan. Amphetamin meningkatkan detak jantung, tekanan darah, dan pernafasan, serta mengurangi nafsu makan. Si pemakai dapat berkeringat, mulutnya kering, mengantuk, dan cemas. Dosis tinggi menyebabkan seseorang merinding, pucat, gemetar, kehilangan koordinasi, dan pingsan. Suntikan amphetamin dapat menyebabkan naiknya tekanan darah secara mendadak sehingga mengakibatkan stroke, demam tinggi, atau jantung lemah. Banyak orang merasa tergantung kepada amphetamin secara psikologis, sedangkan ketergantungan fisik tidak terlampau hebat.

9. MDMA (Methylene Dioxy Meth Amphetamine)
MDMA terkenal dengan sebutan Ecstasy sangat popular di kalangan anak muda. Sayangnya, mitos sudah berkembang bahwa obat ini aman, padahal tidaklah demikian kenyataannya. Penelitian di Amerika menemukan bahwa obat ini sangat berbahaya karena merusak sistem kerja otak dan jantung. MDMA, adalah zat turunan amphetamine yang memiliki sifat merangsang SSP (stimulant) maupun mengupah persepsi (hallucinogen). Obat ini berbentuk tablet dan digunakan melalui cara ditelan. Berbagai tablet yang disebut Ecstasy seringkali tidak hanya mengandung zat MDMA, tetapi campuran dari berbagai zat lain seperti methamphetamine, caffeine, dextromethorphan, ephedrine, and cocaine. Dampak penyalahgunaan MDMA sangat berat. MDMA bekerja di otak. Serupa dengan amphetamines lainnya, MDMA meningkatkan aktifitas di otak yang justru menghambat fungsi-fungsi otak yang seharusnya. Penelitian membuktikan bahwa MDMA juga berdampak sangat buruk terhadap system kerja jantung (cardiovascular sistim) dan kemampuan tubuh untuk mengatur suhu. Karena penggunaan MDMA seringkali dihubungkan dengan kegiatan fisik yang tinggi dan lama (dansa misalnya), maka dampaknya paling besar terhadap sistem kerja jantung. Akibat jangka panjang penyalahgunaan MDMA adalah kerusakan otak, gangguan jiwa (psychiatric) seperti : gelisah, paranoid, tidak bisa tidur, dan gangguan daya ingat.

10.Ecstacy (MDMA)
Zat psikotropika dan biasanya diproduksi secara illegal di dalam laboratorium dan dibuat dalam bentuk tablet atau kapsul. Ecstacy mendorong tubuh bekerja di luar batas kemampuan fisik sehingga tubuh bisa kehilangan cairan tubuh. Pengguna bisa meninggal karena kekurangan cairan tubuh atau terlalu banyak minum karena kehausan.
Efek yang ditimbulkan oleh penggunaan ecstacy : diare, rasa haus berlebihan, hiperaktif, sakit kepala dan pusing, menggigil tidak terkontrol, detak jantung yang cepat dan sering mual disertai muntah-muntah, hilang nafsu makan. Ecstacy dikenal dengan istilah : inex, I, kancing, dll.

11.Methamphetamine,
adalah stimulan yang sangat kuat mempengaruhi sistem syaraf pusat. Obat ini dikelompokkan sebagai psycho-stimulan seperti amphetamin dan kokain yang sering disalahgunakan. Obat ini dibuat dari berbagai zat sintetis dalam bentuk serbuk putih, bening dan tak berbau yang dihirup dan disuntikan. Karena bentuknya yang bening maka ia disebut Ice atau kristal. Methamphetamin merupakan turunan amphetamin dan karenanya dalam hal kandungan zat dan efek terhadap pengguna hampir sama yaitu menyebabkan aktivitas tinggi dan mengurangi nafsu makan. Penyalahgunaannya dilakukan karena obat ini merangsang kegairahan dan kegembiraan (euphoria).
Penyalahgunaan methamphetamin dapat mengakibatkan ketergantungan yang selanjutnya menyebabkan berbagai gangguan pada jantung, stroke, tingginya suhu badan, dan juga kematian pada kasus over-dosis.

12.Shabu-shabu (salah satu jenis Methamphetamine)
Berbentuk kristal, tidak berbau dan tidak berwarna. Karena itu diberi nama "Ïce" . Ice adalah julukan untuk methamphetamine. Ice memiliki efek yang sangat kuat pada jaringan syaraf. Pengguna ice akan menjadi tergantung secara mental pada obat ini. Pemakaian yang lama dapat menyebabkan peradangan pada otot hati, bahkan kematian.
Efek yang ditimbulkan pada pengguna Ice : penurunan berat badan, impotensi, sawan yang parah, halusinasi, kerusakan hati dan ginjal, kerusakan jantung, stroke, bahkan kematian. Ice dikenal dengan istilah : shabu-shabu, kristal, ubas, ss. Mecin, dll.

13.Tembakau
Berasal dari tanaman Nicotania tabacum. Nikotin bersifat merangsang jantung dan sistem saraf. Pada saat tembakau diisap, detak jantung bertambah dan tekanan darah naik akibat nikotin itu. Tetapi bagi para perokok berat, merokok dapat bersifat menenangkan. Zat lain adalah tar yang mengandung unsur penyebab kanker dan gangguan pernafasan. Sedangkan zat lainnya adalah karbon monoksida dalam asap yang sangat berbahaya. Zat ini mengurangi kemampuan badan membawa oksigen menuju jaringan tubuh dan dapat menimbulkan arterioklerosis (mengerasnya pembuluh). Pengaruh jangka panjang adalah gangguan pada paru-paru dan jantung. Toleransi dapat muncul dan rokok dapat menimbulkan ketergantungan fisik maupun psikologis, walaupun tidak sehebat zat psikoaktif lainnya. Gejala ketagihan berupa pusing, gelisah, cemas, sulit tidur, gemetar atau lelah.

14. LSD (Lysergie Diethylamide Acid)
yaitu obat yang sifatnya tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. LSD dijual dalam bentuk pil, kapsul, atau cairan, dan digunakan dengan cara dimakan/diminum maupun disuntikkan. Gejala intoksikasi yang timbul antara lain: perubahan panca indera, pupil melebar, denyut jantung cepat, berkeringat, berdebar, pandangan kabur, gemetar, gangguan koordinasi motorik, kecemasan, serta gangguan daya penilaian realita. LSD seperti juga halusinogen lainnya tidak menimbulkan ketergantungan fisik, tetapi psikologis.

15.Jamur Psilosibina dan psilosuna
Jamur Psilosibina dan psilosuna reaksinya hampir sama seperti LSD, yakni timbulnya warna-warni, bentuk, dan halusinasi, apalagi bila dosisnya besar. Efek fisik : santai pada tubuh, kaki dan perut dingin, pupil mata mengecil. Ada yang berpendapat bahwa jamur mempunyai efek yang lebih hebat secara visual dibandingkan halusinogen lainnya.

16.Meskalina
yaitu zat psikoaktif yang terdapat dalam kaktus peyota dan berefek halusinasi.

17. Inhalansia
yaitu zat kimiawi yang ada dalam pelarut yang mudah menguap, antara lain : Bahan cair/pelarut (lem sejenis uhu, penghilang cat kuku , gas korek api, bensin, spidol, minyak cat; Bahan semprot (pembasmi nyamuk, pewangi ruangan, cat, hairspray); Obat bius (eter, chloroform). Pemakaiannya dengan dihirup atau disedot melalui hidung agar timbul efek melayang. Pengaruh langsung dari inhalansia adalah pusing-pusing, bersin, batuk, hidung berdarah, merasa lelah, hilangnya koordinasi, hilangnya nafsu makan, detak jantung dan pernafasan berkurang. Pengaruh lainnya adalah gangguan penglihatan, bicara cadel, mata berair. Penggunaan inhalansia secara terus-menerus dapat merusak liver, ginjal, darah, sumsum tulang. Secara psikologis menyebabkan : lupa, sukar berpikir, perasaan tertekan, sikap bermusuhan, dan sikap curiga (waham).
Inhalansia merupakan zat yang berbahaya sekali karena dapat menimbulkan kelemahan jantung, merusak otak, dan kematian mendadak. Kematian bahkan bisa timbul pada waktu pertama kali mencoba inhalant. Inhalansia menimbulkan toleransi tinggi, sehingga orang perlu menghirup lebih banyak untuk mendapatkan efek yang sama. Ketergantungan fisik bisa timbul, tetapi lebih kuat ketergantungan psikologis.

18.Ganja / Cannabis
Ganja atau Cannabis sativa, adalah tanaman sejenis rumput yang antara lain mengandung zat kimia 9 tetrahidrocannabinol (delta - 9 - THC) atau lebih sering dikenal sebagai THC yaitu zat psikoaktif yang mempengaruhi perasaan dan penglihatan serta pendengaran. Saat pertama kali orang mengisap ganja, reaksi juga akan berbeda-beda tergantung kekuatan THC serta dosis yang dipakai. Ada yang tidak merasakan reaksi apa-apa, tetapi ada pula yang mendapatkan perasaan aneh atau takut.
Ganja menimbulkan ketergantungan mental yang diikuti oleh kecanduan fisik dalam jangka waktu yang lama. Bila seseorang terus-menerus mengisap ganja, maka lama-kelamaan timbul kerusakan seperti bronchitis, sinusitis, emphysema, dan pharingitis. Efek-efek yang ditimbulkan adalah antara lain hilangnya konsentrasi, peningkatan denyut jantung, kehilangan keseimbangan dan koordinasi tubuh, rasa gelisah dan panik, depresi, kebingungan atau halusinasi . Gejala psikologis: hilang semangat, menurunnya prestasi sekolah dan prestasi olahraga, cepat berubahnya suasana hati, sulit berkonsentrasi, hilang ingatan jangka pendek. Ganja atau cannabis juga dikenal dengan istilah : Marijuana, gele, cimeng, hash, kangkung, oyen, ikat, bang, labang, rumput atau grass, dll.

Senin, 12 April 2010

LANJUT USIA

1.    Pengertian.
Lanjut usia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada dasar kehidupan manusia( Keliat,1999)Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2),(3),(4) UU No.13 tahun1998 tentang kesehatan disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah berusia lebih dari 60 tahun. Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran fisik, kognitif, orientasi, serta tidak mudah menerima hal baru.
Penuaan menurut  Depkes.RI ( dalam Maryam, et all., 2008 ) adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan yang menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Lansia dapat diklasifikasikan menjadi lima dalam Maryam,et all ( 2008),yaitu sebagai berikut:
a.    Pralansia, sesorang yang berusi antara 45 – 59 tahun.
b.    Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c.    Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
d.    Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan dapat menghasilkan barang atau jasa.
e.    Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada orang lain.

2.    Teori penuaan

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan penuaan dalam Maryam,et all, 2008 yaitu:
a.    Teori – teori biologi
1)    Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies- spesies tertentu.  Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul atau DNA dan setiap sel pada saatnya akan  mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin ( terjadi penurunan kemampuan fungsional sel). Pada Teori ini terkenal dengan pemakaian dan  rusak  yang  terjadi  karena  kelebihan usaha dan stres sehingga menyebabkan sel-sel tubuh lelah (rusak).


2)    Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
3)    Teori “immunology slow virus”
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
4)    Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
5)    Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
6)    Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
7)    Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.
b.    Teori kejiwaan sosial
1)    Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. Ada beberapa pokok-pokok teori aktifitas yaitu; moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan sepenuhnya dari lansia di masyarakat, kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seseorang lansia.
2)    Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
3)    Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda (triple loss), yakni : kehilangan peran, hambatan kontak social, berkurangnya kontak komitmen.
4)    Teori perkembangan.
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang dialami lansia pada saat muda hingga dewasa  dan teori ini menjelaskan bagaimana proses menjadi tua merupakan suatu  tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif atau negatif.
5)    Teori Stratifikasi Usia.
Pokok dari teori ini adalah arti usia dan posisi dalam kelompok usia bagi masyarakat, terdapat transisi yang dialami kelommpok, terdapatnya mekanisme pengalokasian peran diantara penduduk.
6)    Teori Spiritual.
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan.


DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. (2008).  Lansia masa kini dan masa mendatang.  Diakses tanggal 24 Oktober 2008 dari http://www.menkokesra.go.id/content/view/2933/98/ .
 Maryam,et all. (2008).  Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
Nugroho,W. (1995). Perawatan Lanjut Usia. Jakarta: EGC.
Nursasi,A.Y. (2002).  Hubungan antara koping lansia terhadap penurunan fungsi gerak di Kelurahan Cipinang Muara Kecamatan Jatinegara Jakata Timur. Diakses tanggal 16 November  2008 dari http://.digilib.ui.edu/opac/themes/libriz/abstrak.jsp?id=769199&lokasi=lokal .

KOPING

1.    Pengertian   
Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam ( Mustikasari, 2008, Keliat,1998).
    Sedangkan menurut Rasmun (2004), koping adalah respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologi.
    Koping merupakan suatu proses pengolahan tuntutan eksternal dan internal yang dinilai sebagai beban atau melebihi sumber yang dimiliki seseorang. Dalam hal ini koping merupakan proses penyelesaian masalah menurut Lazarus & Folkman 1984 (dalam Hamid,1997).
    Koping adalah respon terhadap ketegangan eksternal yang berfungsi mencegah menghindari tekanan emosional.( Pearlin & Schooler 1978 dalam Hamid, 1997 ).
    Koping merujuk pada pengatasan suatu situasi yang menimbulkan ancaman terhadap individu sehingga mengatasi perasaan tidak nyaman seperti ansietas, rasa takut, berduka dan bersedih (Millern,1983 dalam Hamid,1997 ).

2.    Jenis Koping
Menurut Rasmun, ( 2004 ) dan Mustikasari, ( 2008 ) jenis koping ada dua yaitu:
1.    Koping Psikologis
    Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stres psikologi tergantung pada dua faktor yaitu:
a.    bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap stresor, artinya seberapa besar ancaman yang dirasakan individu tersebut terhadap stressor yang diterimanya.
b.    keefektifan strategi koping yang digunakan oleh individu, artinya dalam menghadapi stresor jika strategi yang digunakan efektif maka menghasilkan adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru dalam kehidupan, tetapi jika sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan fisik maupun psikologis.
2.    Koping psikososial
Adalah reaksi psiko-sosial terhadap adanya stimulus stres yang dihadapi oleh klien, menurut Stuart dan Sundeen (1991), mengemukakan bahwa terdapat dua kategori koping yang dapat digunakan untuk mengatasi stres dan kecemasan;
a.    Reaksi yang berorientasi pada tugas, cara ini digunakan untuk menyelesaikan masalah konflik dan memenuhi kebutuhan dasar. Terdapat 3 macam reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu;
1)    Perilaku menyerang ( Fight )
Individu menggunakan energinya untuk melakukan perlawanan dalam rangka mempertahankan integritas pribadinya dan perilaku yang ditunjukkan dapat berupa konstruktif maupun destruktif.
2)    Perilaku Menarik Diri ( Withdrawl )
Individu menunjukan perilaku pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain, jadi secara fisik dan psikologik meninggalkan lingkungan yang menjadi sumber stressor.
3)    Kompromi
Kompromi merupakan tindakan konstruktif yang dilakukan oleh individu untuk menyelesaikan masalah yang dilakukan dengan bermusyawarah atau negoisasi.


b.    Reaksi yang berorientasi pada Ego.
Reaksi ini digunakan oleh individu dalam menghadapi stres  atau kecemasan sehingga dapat mengurangi kecemasan, tetapi jika digunakan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan gangguan orientasi realita dengan memburuknya hubungan interpersonal dan produktifitas kerja. Adapun mekanisme pertahanan diri yang bersumber dari ego yaitu;
1)    Kompensasi
Proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan atau kelebihan yang dimilikinya.
2)    Penyangkalan (denial)
Menyatakan ketidak setujuan terhadap realitas dengan berusaha mengatakan tidak terjadi apa-apa pada dirinya. Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan primitif.
3)    Mengalihkan (displacement)
Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang atau benda lain yang biasanya netral atau lebih sedikit mengancam dirinya.
4)    Disosiasi
Kehilangan kemampuan mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya.


5)    Identifikasi (identification)
Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang dia kagumi berupaya dengan mengambil atau menirukan pikiran-pikiran, perilaku dan selera orang tersebut.
6)    Intelektualisasi (intelectualization)
Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang tidak menyenangkan.
7)    Introjeksi (introjection)
Perilaku dimana individu menyatukan nilai orang lain atau kelompok kedalam dirinya.
8)    Isolasi
Pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang mengganggu dapat bersifat sementara atau berjangka lama.
9)    Proyeksi
Keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan yang dilakukannya sendiri.
10)    Rasionalisasi
Mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat diterima masyarakat untuk membenarkan kesalahannya.
11)    Reaksi formasi
Pembentukan sikap dan pola perilaku yang bertentangan dengan apa yang sebenarnya.

12)    Regresi
Kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini.
13)     Represi
Menekan perasaan atau pengalaman yang menyakitkan dari kesadaran yang cenderung memperkuat mekanisme ego lainnya.
14)    Pemisahan (splitting)
Sikap mengelompokkan orang atau keadaan semuanya baik atau semuanya buruk, kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan negatif di dalam diri sendiri.
15)    Sublimasi
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.
16)    Supresi
Menekan perasaan yang menyakitkan ke alam tak sadar sampai dia melupakan peristiwa yang menyakitkan itu.
17)    Undoing
Tindakan atau perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari  tindakan atau  perilaku atau komunikasi sebelumnya  merupakan mekanisme pertahanan primitif.



3.    Faktor yang Mempengaruhi Strategi Koping

a.    Kesehatan Fisik.
Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar.
b.    Keyakinan atau pandangan positif.
Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib (eksternal locus of control) yang mengerahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan kemampuan strategi koping tipe : problem-solving focused coping.
c.    Keterampilan Memecahkan masalah.
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.
d.    Keterampilan sosial.
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat.


Daftar pustaka

Anonim 2. (2008).  Konsep koping. Diakses tanggal 24 Oktober 2008 dari http://drakbar.wordpress.com/2008/01/31/hemodialisis/. 

Hamid. (1997).  Analisa konsep koping suatu pengantar.  Diakses tanggal 17 Desember 2008 dari www.digilib.ui.edu/file?file=digital/89929-JJKI-I-1-Jan1997-1.

Hurlock, E.B. (1980). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan (Edisi ke-5). Indonesia: Erlangga.

Henry.I.S & Soemarmono W.S. (1997). Hubungan Antara Perilaku Koping Dengan  Depresi Pada Lanjut Usia di Panti Wredha Di Yogyakarta. Yogyakarta: Labolatorium RSUP. DR. Sardjito. Diakses tanggal 24 Oktober 2008.
Ikramal. H. (2007).  Stres, koping dan adaptasi.  Diakses tanggal 24 Oktober 2008 dari http://mustikanurse.blogspot.com/2007_02_18_archive.html.

 Mustikasari.  (2006).  Mekanisme koping.  Diakses tanggal 24 Oktober 2008 dari http://mustikanurse.blogspot.com/2006/12/mekanisme-koping.html>.
















Rini, S. (2008). Modifikasi Perilaku.  Diakses tanggal 23 Januari 2009 dari
http://saptorini.blogspot.com/2008/11/modifikasi-perilaku.html.

Roan.WM. (1998).  Ilmu kedokteran jiwa darurat. Jakarta: Widya Medika
Sugiono.









Stuart & Sunden. (1998).  Principles and practice of  psychiatric nursing sixth edition. St.Louis Missouri: West Line Industrial Drive.

Rasmun, Skp, M.Kep. (2004).  Stres, Koping dan Adaptasi teori dan pohon masalah keperawatan. Jakarta: CV.Sagung Seto


Syamsudin,S.ST.  (2006).  Depresi Pada Lansia. Diakses tanggal 24 Oktober 2008 dari http://www.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=






Laksana Wahyu C.N.S.Kep13 april 2010

Depresi

 Laksana Wahyu.C.N.S.Kep
13 April 2010

1.     Pengetian
Depresi merupakan suatu perasanan sedih yang disertai dengan perlambatan gerak dan fungsi tubuh ( Hadi, 2004 ).
Depresi adalah suatu perasaan sedih yang sangat mendalam, yang bisa terjadi setelah kehilangan seseorang atau peristiwa menyedihkan lainnya, tetapi tidak sebanding dengan peristiwa tersebut dan terus menerus dirasakan melebihi waktu yang  normal (Anonim, 2004 ).
Depresi adalah kecemasan pada banyak cara dan berkesinambungan( Priest,1994 ).
Depresi adalah masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Roan,1998).
Depresi adalah penyakit mental dan emosional umum yang bisa terjadi pada siapa saja ( Bambang,1997).



2.     Jenis Depresi

Menurut Martin ( dalam Hadi, 2004, Budiyanto, 1992, Priest, 1994 ) menyebutkan bahwa ada 3 jenis depresi  yaitu :
a.    Normal Grief Reaction.
Terjadi karena faktor dari luar dirinya yang merupakan bentuk dari reaksi kehilangan sesuatu atau seseorang.
b.    Endogenous Depresion
Penyebab datang dari dalam tetapi belum jelas. Bisa karena gangguan hormon, kimia dalam otak atau susunan syaraf yang datang secara bertahap.
c.    Neurotic Depresion
Depresi ini terjadi jika depresi reaktif tidak terselesaikan secara baik dan tuntas. Depresi ini merupakan respon terhadap stress dan kecemasan yang telah ditimbun dalam waktu yang lama.

3.    Teori Depresi

Ada beberapa teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan munculnya gangguan depresi ( dalam Anonim 3), yaitu:
a.    Teori Biologi
Teori biologi ini mempunyai asumsi bahwa penyebab depresi terletak pada gen atau mal fungsi beberapa faktor fisiologik yang memungkinkan faktor tersebut.
b.    Pandangan psikodinamika
Studi psikologik tentang depresi dimulai oleh Sighmund Freud dan Karl Abraham. Keduanya menggambarkan bahwa depresi merupakan reaksi kompleks terhadap kehilangan (loss). Freud dalam bukunya “Mourning and Melancholia” menggambarkan bahwa rasa sedih yang normal dan depresi sebagai respon dari kehilangan seseorang atau sesuatu yang dicintainya (Davidson dan Neale, 1997). Pada orang yang mengalami depresi terjadi pengurangan harga diri secara luar biasa dan mengalami kemiskinan ego pada skala yang besar (dalam Sarason dan Sarason,1989).
c.    Pandangan Behavioral.
Teori belajar berasumsi bahwa antara depresi dan penguat yang kurang ( Lack of Reinforcment ) saling berhubungan satu sama lain. Pandangan Behavioral menjelaskan bahwa orang yang mengalami depresi kurang menerima penghargaan (rewards) atau dengan kata lain lebih mengalami hukuman (punishment) dari pada orang yang tidak mengalami depresi.
d.    Pandangan humanistik – eksistansial.
Teori eksistensial memfokuskan kehilangan harga diri sebagai penyebab depresi utama. Kehilangan harga diri dapat nyata atau simbolik, misal kehilangan kekuasaan, status sosial atau uang. Teori humanistic menekankan perbedaan self seseorang dengan keadaan yang nyata sebagai sumber depresi dan kecemasan. Menurut pandangan ini depresi terjadi jika perbedaan antara ideal self dan kenyataan terlalu besar.
e.     Pandangan Kognitif.
Teori depresi berdasarkan kognitif ini merupakan teori yang paling sering digunakan dalam penelitian tentang depresi (dalam Susanty, 1997). Hal ini disebabkan karena teori kognitif selama ini sangat efektif digunakan untuk terapi terhadap depresi. Teori ini menyatakan bahwa seseorang yang berpikiran negatif tentang dirinya akan menelusuri lebih lanjut bahwa mereka melakukan interpretasi yang salah dan menyimpang dari realita. Salah satu teori kognitif adalah teori depresi beck (Atkinson, 1991). Teori tersebut menyatakan bahwa seseorang yang mudah terkena depresi telah mengembangkan sikap umum untuk menilai peristiwa dari segi negatif dan kritik diri.

4.     Penyebab Depresi

Penyebab depresi belum sepenuhnya dimengerti. Sejumlah faktor dapat menyebabkan seseorang cenderung menderita  depresi diantaranya:
a.    Faktor biologik, misalnya faktor genetik, perubahan neuro transmitter   atau neuroendokrin, perubahan struktur otak, vaskular risk factors, dan penyakit kelemahan fisik.
b.    Faktor psikologik, yaitu tipe kepribadian dan relasi interpersonal. Peristiwa kehidupan, misalnya berduka kehilangan orang yang dicintai, kesulitan ekonomi, dan perubahan situasi.
c.    Penggunaan obat-obatan tertentu.
Depresi bisa terjadi atau semakin memburuk tanpa disertai stres kehidupan yang nyata ataupun berarti. Wanita dua kali lebih mudah terkena depresi, meskipun alasannya belum diketahui dengan jelas. Penelitian jiwa menyebutkan bahwa wanita cenderung memberikan respon terhadap kesengsaraan dengan cara menarik diri dan menyalahkan dirinya sendiri. Sebaliknya, pria cenderung menolak atau mengalihkannya kedalam berbagai kegiatan. (Dharmono, 2008)

5.     Tanda Dan Gejala Depresi.

    Gejala depresi adalah kumpulan dari perilaku dan perasaan yang secara spesifik dapat dikelompokkan sebagai depresi. Namun setiap orang mempunyai perbedaan yang mendasar, yang memungkinkan suatu  peristiwa atau  perilaku dihadapi secara berbeda dan memunculkan  reaksi yang  berbeda antara satu orang dengan yang lain. Gejala utama depresi yaitu efek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya aktifitas. Namun gejala-gejala depresi dapat dilihat dari tiga segi, yaitu gejala dilihat dari segi fisik, psikis dan sosial. Secara lebih jelasnya, akan diuraikan sebagi berikut :
a.    Gejala Fisik
Menurut beberapa ahli, gejala depresi  yang  kelihatan ini mempunyai  rentangan dan variasi yang  luas sesuai dengan  berat  ringannya depresi  yang dialami.  Namun secara garis besar ada beberapa gejala fisik umum yang  relatif  mudah dideteksi.
Gejala itu seperti: gangguan pola tidur (sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit), konstipasi, pusing, makan berlebih, perubahan haid, perubahan berat badan. Pada umumnya, orang yang mengalami depresi menunjukkan perilaku  yang  pasif, menyukai kegiatan yang tidak melibatkan orang lain seperti nonton TV, makan tidur, menurunnya efisiensi kerja.
Penyebabnya jelas, orang yang terkena depresi akan sulit memfokuskan  perhatian atau pikiran pada suatu  hal, atau pekerjaan. Sehingga, mereka juga akan sulit memfokuskan energi pada hal-hal  prioritas. Oleh  karena  itu, keharusan untuk tetap beraktivitas membuatnya semakin kehilangan energi karena energi yang ada sudah banyak terpakai untuk mempertahankan diri agar  tetap  dapat  berfungsi seperti biasanya. Mereka mudah  sekali  lelah, capai padahal belum melakukan aktivitas yang berarti, mudah merasa letih dan sakit. Jelas saja, depresi itu sendiri adalah perasaan negatif. Jika seseorang menyimpan perasaan negatif maka jelas akan membuat letih karena membebani pikiran dan  perasaan  dan orang tersebut harus memikulnya dimana saja dan kapan saja, suka tidak suka.
b.    Gejala Psikis
Gejala-gejala psikis yang sering muncul adalah sebagai berikut:
1)    Kehilangan rasa percaya diri.
Penyebabnya, orang yang mengalami depresi cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negatif, termasuk menilai diri sendiri. Pasti mereka senang sekali membandingkan antara dirinya dengan orang lain. Orang lain dinilai lebih sukses, pandai, beruntung, kaya, lebih berpendidikan, lebih berpengalaman, lebih diperhatikan oleh atasan, dan pikiran negative lainnya.
2)    Sensitif.
Orang yang mengalami depresi senang sekali mengkaitkan segala sesuatu dengan dirinya. Perasaannya sensitif sekali, sehingga sering peristiwa yang netral jadi dipandang dari sudut pandang yang berbeda oleh mereka, bahkan disalah artikan. Akibatnya, mereka mudah tersinggung, mudah marah, perasa, curiga akan maksud orang lain  (yang  sebenarnya tidak ada apa-apa),  mudah sedih, murung, dan lebih suka menyendiri.
3)    Merasa diri tidak berguna.
Perasaan tidak berguna ini muncul karena mereka merasa menjadi orang yang gagal terutama di bidang atau lingkungan yang seharusnya mereka kuasai. Misalnya, seorang manajer mengalami depresi karena ia dimutasikan ke bagian lain. Dalam persepsinya, pemutasian itu disebabkan ketidak mampuannya dalam bekerja dan  pimpinan menilai dirinya tidak cukup memberikan kontribusi sesuai dengan yang diharapkan.
4)    Perasaan bersalah.
Perasaan bersalah terkadang timbul dalam pemikiran orang yang mengalami depresi. Mereka memandang suatu kejadian yang menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat dari kegagalan mereka melaksanakan tanggung jawab yang seharusnya dikerjakan. Banyak pula yang merasa dirinya menjadi beban bagi orang lain dan menyalahkan diri mereka atas situasi tersebut.
5)    Perasaan terbebani.
Banyak orang yang menyalahkan orang lain atas kesusahan yang dialaminya. Mereka merasa terbebani berat karena merasa terlalu dibebani tanggung jawab yang berat.
6)    Secara umum  tidak  pernah  merasa senang  dalam hidup.
Tantangan yang ada, proyek, hobi, atau rekreasi tidak memberikan kesenangan.
c.    Gejala Sosial
Jangan heran jika masalah depresi yang berawal dari diri sendiri pada akhirnya mempengaruhi  lingkungan dan  pekerjaan (atau aktifitas rutin lainnya). Bagaimana tidak, lingkungan tentu akan bereaksi terhadap perilaku orang  yang depresi tersebut yang  pada umumnya negatif (mudah marah, tersinggung, menyendiri, sensitif, mudah letih, mudah sakit). Problem sosial yang terjadi biasanya berkisar pada masalah interaksi dengan rekan kerja, atasan atau bawahan. Masalah ini tidak hanya berbentuk konflik, namun  masalah  lainnya  juga  seperti perasaan minder, malu, cemas jika berada di antara kelompok dan merasa tidak nyaman untuk  berkomunikasi secara normal. Mereka merasa tidak mampu  untuk bersikap terbuka dan secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun ada kesempatan.
( Maryam. et all, 2008, Syamsudin, 2008, Idris, 2008, Hadi, 2004 dan Priest, 1994 )

6.    Rentang Depresi

Rentang depresi dapat digolongkan menjadi 3 menurut PPGDJ-III yaitu
a.    Depresi Ringan, dengan ciri – ciri :
1)    sekurang – kurangnya harus ada 2 atau 3 gejala utama depresi
2)    ditambah sekurang – kurangnya 2 dari gejala lainya
3)    tidak boleh ada gejala berat diantaranya
4)    lamanya seluruh episode berlangsung sekurang – kurangnya sekitar 2 minggu
5)    hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan social yang biasa dilakukan.


b.    Depresi sedang, dengan cirri - ciri :
1)    sekurang – kurangnya harus ada 2 atau 3 gejala utama depresi seperti pada depresi ringan
2)    ditambah sekurang – kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainya
3)    lamanya seluruh episode berlangsung minimal sekitar 2 minggu
4)    menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial pekerjaan dan urusan rumah tangga

c.    Depresi berat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1)    Depresi berat tanpa gejala psikotik, ciri – cirinya :
(a)    semua 3 gejala depresi harus ada,
(b)    ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainya dan          beberapa diantaranya harus berintensitas berat,
(c)    bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau mampu untuk melaporkan banyak gejala secara rinci.
(d)    episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang – kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu.
(e)    sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan social, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
2)     Depresi berat dengan gejala psikotik, ciri – cirinya:
(a)     episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut depresi berat tanpa gejala psikotic.
(b)     disertai waham, halusinasi atau stupor depresif, waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi audiotorik (suara) atau olfaktorik (penciuman) biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotorik yang berat dapat menuju pada stupor. Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan efek (mood congruent).

7.     Skala Depresi Lansia menurut Beck & Beck.

    Beck memandang individu yang mengalami depresi perasaan dan perilakunya diakibatkan oleh persepsi negatif mereka dan verbalisme-mereka. Penelusuran literatur yang dilakukan oleh Beck menemukan konsistensi yang menarik perhatian mengenai depresi, seperti adanya penurunan mood, kesedihan, pesimisme tentang masa depan, retardasi dan agitasi, sulit berkonsentrasi, menyalahkan diri sendiri, lamban dalam berpikir serta serangkaian tanda vegetatif seperti gangguan dalam nafsu makan maupun  gangguan dalam hal tidur. Beck sendiri membuat simptom-simptom itu menjadi simptom - simptom emosional, kognitif, motivasional dan vegetatif fisik, yang secara rinci sebagai berikut :
a.    Simptom Emosional
Merupakan perubahan perasaan atau tingkah laku yang merupakan akibat langsung dari keadaan perasaannya. Dalam mengukur manifestasi emosi, adalah penting untuk menghitung tingkat mood dan tingkah laku individu. Kondisi berkenaan dengan gejala emosional itu adalah suasana hati sedih. Suasana hati didefinisikan secara berbeda oleh setiap penderita. Maka dari itu peneliti harus mengetahui deskripsi dan konotasi dari kata yang digunakan oleh penderita.
 Intensitas deviasi perasaan harus diperhatikan pula sehingga penggunaan kata yang mewakili durasi harus dipertimbangkan. Penderita juga mempunyai perasaan yang negatif terhadap diri. Hal ini  mungkin berhubungan dengan perasaan disphoria, tetapi yang cenderung mengarah pada diri sendiri. Kehilangan kebahagiaan atau kepuasan merupakan suatu proses yang terus berkembang. Kondisi ini muncul berawal pada aktivitas tertentu dan seiring dengan perkembangan depresi, kemudian meluas pada berbagai aktivitas lainnya termasuk pelaksanaan peran yang menjadi tanggung jawabnya. Kehilangan keterlibatan emosi kasih sayang diwujudkan dengan menurunnya derajat ketertarikan pada aktivitas tertentu atau menurunnya perhatian terhadap orang  lain. Penderita juga lebih sering menangis, stimulus yang pada keadaan sebelumnya tidak membuatnya menangis pada saat ini justru menimbulkan tangisan. Tetapi, pada tahap yang lebih parah, pasien justru tidak dapat menangis lagi meskipun ia menginginkannya. Hilangnya respon yang menggembirakan dalam arti hilangnya kemampuan menangkap humor. Humor tidak lagi memberikan kepuasan, semua dilihat secara serius bahkan dapat menimbulkan respon tersinggung.
b.    Simptom Kognitif
Beck menyatakan manifestasi kognitif yang muncul, antara lain adanya penilaian diri yang rendah, harapan-harapan yang negatif, menyalahkan dan mengkritik diri sendiri, tidak dapat memutuskan dan adanya distorsi body image. Adanya penilaian diri yang rendah muncul dengan adanya harga diri yang rendah. Ia menilai dirinya sebagai seorang yang berkekurangan meskipun mempunyai hal-hal spesifik yang penting. Penderita depresi mempunyai harapan negatif yang ditandai dengan munculnya pesimisme yang berhubungan erat dengan rasa ketidak berhargaan. Mereka mempunyai bayangan buruk dan penolakkan terhadap kemungkinan berbagai perubahan. Mereka berkeyakinan bahwa kondisi kekurangannya akan berlangsung terus atau akan menjadi  semakin buruk. Gejala lainnya adalah penyalahan terhadap diri atau memikul tanggung jawab pada diri sebagai penyebab kesulitan atau masalah yang terjadi. Segala hal yang merugikan dianggap berasal dari kekurangannya. Bahkan pada kasus yang lebih parah, penderita mungkin menyalahkan dirinya untuk hal-hal yang sebenarnya tidak berkaitan dengan dirinya. Penderita juga mengalami kesulitan dalam membuat keputusan, bimbang memilih alternatif yang ada atau keputusannya sering berubah. Keadaan tersebut terjadi disebabkan; pertama penderita mengantisipasi membuat keputusan yang salah, kedua karena adanya kehilangan kemauan dan kecenderungan menghindar atau meningkatkan ketergantungan pada lingkungannya.
c.    Simptom Motivasional
Berkaitan dengan hasrat dan ketergugahan penderita yang cenderung regresif. Istilah regresif dikaitkan dengan aktivitas yang dilakukan, dengan derajat tanggung jawab atau dengan banyaknya energi yang akan digunakan. Penderita melarikan diri dari aktivitas yang menuntut peran dewasa dan memilih aktivitas yang lebih memiliki karakteristik peran anak-anak. Kehilangan motivasi positif, kelumpuhan kemauan, adalah ciri yang menyolok. Untuk melakukan tugas utama, seperti makan, perawatan diri atau mencari pengobatan merupakan hal yang berat bagi mereka. Mereka cenderung menghindar dan ingin mengelakkan diri dari pola yang biasa atau rutin dalam hidupnya. Rutinitas dinilai membosankan, tidak berarti atau memberatkan. Mereka sangat ingin mendapat bantuan, bimbingan atau arahan dari orang lain. Lebih parah lagi mereka dapat berkeinginan bunuh diri yang muncul dalam berbagai bentuk. Hal ini dialami sebagai harapan yang pasif (“Saya harap, saya orang mati “), sebagai harapan aktif  (“Saya ingin bunuh diri “), atau sebagai pikiran yang berulang, obsesif, tanpa kualitas kemauan melakukan aktivitas seperti melamun. Harapan ini kadang-kadang menetap, tapi ada juga yang timbul dan menghilang.

d.    Simptom Gejala Fisik – Vegetatif
Perwujudan gejala vegetatif dan fisik benar-benar dipertimbangkan peneliti sebagai bukti untuk melihat gangguan otonom atau hypothalamic yang bertanggung jawab terhadap keadaan depresi (Cambell, 1953. Kraines, 1957). Gejala fisik yang muncul adalah kondisi mudah lelah, hal tersebut sering dirasakan sebagai fenomena fisik murni dan sebagian menganggap sebagai kelelahan akibat kehilangan energi. Gejala kehilangan nafsu makan untuk beberapa penderita bisa merupakan tanda awal dan kembalinya nafsu makan mungkin menjadi tanda pula bahwa kehidupannya telah kembali. Penderita juga tidur lebih sedikit daripada orang normal dan terdapat derajat kegelisahan yang menyolok selama semalam. Pada beberapa kasus, mereka juga kehilangan minat seksual, baik pada diri sendiri maupun terhadap lawan jenis. Model kognitif depresi berkembang dari observasi-observasi klinis yang sistematis dan pengujian-pengujian eksperimental yang berulang kali (Beck, 1979). Model kognitif mendalilkan 3 (tiga) konsep spesifik, yaitu :
1)    Concept of Cognitive Triad
    Cognitive Triad berisi 3 (tiga) pola kognitif utama yang menyebabkan penderita memandang dirinya, masa depannya dan pengalamannya secara ideosinkretik, yaitu didominasi oleh pola-pola kognitif yang negatif.


2)    Schemas
    Unsur utama yang kedua dari Model Kognitif berisi konsep skema. Konsep ini digunakan untuk menjelaskan mengapa penderita depresi mempertahankan penyebab rasa sakit dan sikap menyalahkan diri walaupun terdapat bukti objektif dari faktor-faktor positif dalam hidupnya.
3)    Cognitive Error
    Pada individu depresi ditemui karakteristik pemikiran yang mencerminkan berbagai penyimpangan dari kenyataan. Kesalahan sistematik dalam pemikiran penderita menambah kepercayaan terhadap keakuratan konsep negatifnya walaupun bukti yang sebenarnya sangat berlawanan (Beck, 1967).

Individu yang mempunyai gabungan sifat dari konsep yang telah dijabarkan diatas, memiliki predisposisi untuk mengembangkan depresi klinis pada kehidupan selanjutnya. gabungan sifat dari konsep depresi tersebut dapat menjadi depresi, tergantung pada kondisi yang mampu mengaktifkan gabungan sifat dari konsep tersebut. Diantaranya adalah :
a)    Stres Yang Spesifik
Kondisi atau peristiwa yang memiliki persamaan dengan pengalaman traumatic pada masa lalu dapat menjadi stres kelompok ini. Kondisi-kondisi yang dapat menimbulkan stres yang spesifik dikemukakan Beck antara lain situasi yang dapat menurunkan harga diri (ditolak cinta, kegagalan dalam studi, mendapat PHK, diasingkan keluarga), situasi yang menghambat tujuan penting atau dilemma yang harus dipecahkan, penyakit, gangguan fisik atau abnormalitas, kemunduran fisik atau kematian, rangkaian situasi stres yang berulang sehingga mematahkan toleransi stresnya terhadap situasi tersebut.
b)    Stres Yang Non Spesifik
Individu akan dapat mengembangkan bentuk gangguan psikologis bila dihadapkan pada stres  yang berlebihan. Misalnya : bencana yang tidak terduga. Tetapi, kadang-kadang depresi tercetus tidak melalui peristiwa tunggal yang berlebihan melainkan dari serangkaian peristiwa yang dialami.
c)    Faktor-Faktor Lain
Merupakan faktor yang mampu mengembangkan depresi, di luar dua faktor di atas. Beck menyebut salah satu faktor itu sebagai ketegangan psikologis, yaitu stimulasinya berlebihan atau berkepanjangan periodenya. (Iskandarsyah 2006, Saptorini 2008 )

Referensi

Anonim 1. (2004).  Depresi. Diakses tanggal 24 Oktober  2008 dari http://medicastore.com/med/detail_pyk.php?id=&iddtl=260&idktg=5&idobat=&UID=20081019111423222.124.206.2.

Anonim 3.(2008). Teori depresi. Diakses tanggal 24 Oktober 2008 dari http://bowothea.blogspot.comBambang Y.MS. (1997).  Mengatasi depresi. Jakarta; Gramedia Pustaka Utama.

Budiyanto. F.X. (1990).  Psikologi populer menghadapi depresi & elasi (Edisi ke-3). Jakarta: Arcan.

Dharmono, S. (2008).  Depresi dan kualitas hidup pada lanjut usia. Diakses tanggal 24 Oktober 2008 dari http://www.medicastore.com/med/berita.php?id=121&iddtl=&idktg=&idobat.


 Erwin. K.Sp.Kj. (2008). Agar depresi tidak menghampiri.  Diakses tanggal 24 Oktober 2008 dari http://www.pro-vclinic.web.id/articles/agar-depresi-tidak-menghampiri.html.

Hadi.P. (2004).  Depresi & Solusinya.  Yogyakata: Tugu.

Idris.F.  (2007).  Masyarakat Indonesia mengidap depresi. Diakses tanggal 24 Oktober 2008 dari http://www.bluefame.com/lofiversion/index.php/t38903.html

Keliat, BA. (1998). Penatalaksanaan stress. Jakarta : EGC

Maslim, R. (2001).  Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ-II Jakarta:  PT. Nuh Jaya.

Rasmun, Skp, M.Kep. (2004).  Stres, Koping dan Adaptasi teori dan pohon masalah keperawatan. Jakarta: CV.Sagung Seto

Senin, 05 April 2010

DRESSING INFUS

Terapi Infus adalah tindakan yang dilakukan dengan cara memasukkan cairan, elektrolit, obat intravena dan nutrisi parenteral ke dalam tubuh melalui intravena. Tindakan ini sering merupakan tindakan life saving seperti pada kehilangan cairan yang banyak, dehidrasi dan syok, karena itu keberhasilan terapi dan cara pemberian yang aman diperlukan pengetahuan dasar tentang keseimbangan cairan dan elektrolit serta asam basa. Tindakan ini merupakan metode efektif dan efisien dalam memberikan suplai cairan ke dalam kompartemen intravaskuler. Terapi intravena dilakukan berdasarkan order dokter dan perawat bertanggung jawab dalam pemeliharaan terapi yang dilakukan. Pemilihan pemasangan terapi intravena didasarkan  pada beberapa faktor, yaitu tujuan dan lamanya terapi, diagnosa pasien, usia, riwayat kesehatan dan kondisi vena pasien. Apabila pemberian terapi intravena dibutuhkan dan diprogramkan oleh dokter, maka perawat harus mengidentifikasi larutan yang benar, peralatan dan prosedur yang dibutuhkan  serta mengatur dan mempertahankan sistem.( Darmawan, 2007)
1.    Tujuan Terapi Infus
Tujuan terapi infus adalah:
a.    Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral.
b.    Mengoreksi dan mencegah  gangguan cairan dan elektrolit
c.    Memperbaiki keseimbangan asam basa
d.    Memberikan tranfusi darah
e.    Menyediakan medium untuk pemberian obat intravena
f.    Membantu pemberian nutrisi parenteral
2.    Indikasi pemberian infus
a.    Keadaan emergency (misal pada tindakan RJP), yang memungkinkan pemberian obat langsung ke dalam IV
b.    Keadaan ingin mendapatkan respon yang cepat terhadap pemberian obat
c.    Klien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus melalui IV
d.    Klien yang mendapat terapi obat yang tidak bisa diberikan melalui oral atau intramuskuler
e.    Klien yang membutuhkan koreksi/pencegahan gangguan cairan dan elektrolit
f.    Klien yang sakit akut atau kronis yang membutuhkan terapi cairan
g.    Klien yang mendapatkan tranfusi darah
h.    Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur  infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)
i.    Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infuse.
3.    Kontraindikasi pemberian infus
Infus dikontraindikasikan pada daerah:
a.    Daerah yang memiliki tanda-tanda infeksi, infiltrasi atau trombosis
b.    Daerah yang berwarna merah, kenyal, bengkak dan hangat saat disentuh
c.    Vena di bawah infiltrasi vena sebelumnya atau di bawah area flebitis
d.    Vena yang sklerotik atau bertrombus
e.    Lengan dengan pirai arteriovena atau fistula
f.    Lengan yang mengalami edema, infeksi, bekuan darah, atau kerusakan kulit
g.    Lengan pada sisi yang mengalami mastektomi (aliran balik vena terganggu)
h.    Lengan yang mengalami luka baker
Dresing infus merupakan tindakan yang dilakukan dengan mengganti balutan/plester  pada area insersi infus. Frekuensi penggantian balutan ditentukan oleh kebijakan institusi. Dulu penggantian balutan dilakukan setiap hari, tapi saat ini telah dikurangi menjadi setiap 48 sampai 72 jam sekali, yakni bersamaan dengan penggantian daerah pemasangan IV (Roca,et.al. 1998)
4.    Tujuan dressing infuse
a.    Mempertahankan tehnik steril
b.    Mencegah masuknya bakteri ke dalam aliran darah
c.    Pencegahan/meminimalkan  timbulnya infeksi
d.    Memantau area insersi
5.    Indikasi
a.    Pasien yang dipasang infus lebih dari satu hari
b.    Balutan infus basah atau kotor