Senin, 12 April 2010

Depresi

 Laksana Wahyu.C.N.S.Kep
13 April 2010

1.     Pengetian
Depresi merupakan suatu perasanan sedih yang disertai dengan perlambatan gerak dan fungsi tubuh ( Hadi, 2004 ).
Depresi adalah suatu perasaan sedih yang sangat mendalam, yang bisa terjadi setelah kehilangan seseorang atau peristiwa menyedihkan lainnya, tetapi tidak sebanding dengan peristiwa tersebut dan terus menerus dirasakan melebihi waktu yang  normal (Anonim, 2004 ).
Depresi adalah kecemasan pada banyak cara dan berkesinambungan( Priest,1994 ).
Depresi adalah masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Roan,1998).
Depresi adalah penyakit mental dan emosional umum yang bisa terjadi pada siapa saja ( Bambang,1997).



2.     Jenis Depresi

Menurut Martin ( dalam Hadi, 2004, Budiyanto, 1992, Priest, 1994 ) menyebutkan bahwa ada 3 jenis depresi  yaitu :
a.    Normal Grief Reaction.
Terjadi karena faktor dari luar dirinya yang merupakan bentuk dari reaksi kehilangan sesuatu atau seseorang.
b.    Endogenous Depresion
Penyebab datang dari dalam tetapi belum jelas. Bisa karena gangguan hormon, kimia dalam otak atau susunan syaraf yang datang secara bertahap.
c.    Neurotic Depresion
Depresi ini terjadi jika depresi reaktif tidak terselesaikan secara baik dan tuntas. Depresi ini merupakan respon terhadap stress dan kecemasan yang telah ditimbun dalam waktu yang lama.

3.    Teori Depresi

Ada beberapa teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan munculnya gangguan depresi ( dalam Anonim 3), yaitu:
a.    Teori Biologi
Teori biologi ini mempunyai asumsi bahwa penyebab depresi terletak pada gen atau mal fungsi beberapa faktor fisiologik yang memungkinkan faktor tersebut.
b.    Pandangan psikodinamika
Studi psikologik tentang depresi dimulai oleh Sighmund Freud dan Karl Abraham. Keduanya menggambarkan bahwa depresi merupakan reaksi kompleks terhadap kehilangan (loss). Freud dalam bukunya “Mourning and Melancholia” menggambarkan bahwa rasa sedih yang normal dan depresi sebagai respon dari kehilangan seseorang atau sesuatu yang dicintainya (Davidson dan Neale, 1997). Pada orang yang mengalami depresi terjadi pengurangan harga diri secara luar biasa dan mengalami kemiskinan ego pada skala yang besar (dalam Sarason dan Sarason,1989).
c.    Pandangan Behavioral.
Teori belajar berasumsi bahwa antara depresi dan penguat yang kurang ( Lack of Reinforcment ) saling berhubungan satu sama lain. Pandangan Behavioral menjelaskan bahwa orang yang mengalami depresi kurang menerima penghargaan (rewards) atau dengan kata lain lebih mengalami hukuman (punishment) dari pada orang yang tidak mengalami depresi.
d.    Pandangan humanistik – eksistansial.
Teori eksistensial memfokuskan kehilangan harga diri sebagai penyebab depresi utama. Kehilangan harga diri dapat nyata atau simbolik, misal kehilangan kekuasaan, status sosial atau uang. Teori humanistic menekankan perbedaan self seseorang dengan keadaan yang nyata sebagai sumber depresi dan kecemasan. Menurut pandangan ini depresi terjadi jika perbedaan antara ideal self dan kenyataan terlalu besar.
e.     Pandangan Kognitif.
Teori depresi berdasarkan kognitif ini merupakan teori yang paling sering digunakan dalam penelitian tentang depresi (dalam Susanty, 1997). Hal ini disebabkan karena teori kognitif selama ini sangat efektif digunakan untuk terapi terhadap depresi. Teori ini menyatakan bahwa seseorang yang berpikiran negatif tentang dirinya akan menelusuri lebih lanjut bahwa mereka melakukan interpretasi yang salah dan menyimpang dari realita. Salah satu teori kognitif adalah teori depresi beck (Atkinson, 1991). Teori tersebut menyatakan bahwa seseorang yang mudah terkena depresi telah mengembangkan sikap umum untuk menilai peristiwa dari segi negatif dan kritik diri.

4.     Penyebab Depresi

Penyebab depresi belum sepenuhnya dimengerti. Sejumlah faktor dapat menyebabkan seseorang cenderung menderita  depresi diantaranya:
a.    Faktor biologik, misalnya faktor genetik, perubahan neuro transmitter   atau neuroendokrin, perubahan struktur otak, vaskular risk factors, dan penyakit kelemahan fisik.
b.    Faktor psikologik, yaitu tipe kepribadian dan relasi interpersonal. Peristiwa kehidupan, misalnya berduka kehilangan orang yang dicintai, kesulitan ekonomi, dan perubahan situasi.
c.    Penggunaan obat-obatan tertentu.
Depresi bisa terjadi atau semakin memburuk tanpa disertai stres kehidupan yang nyata ataupun berarti. Wanita dua kali lebih mudah terkena depresi, meskipun alasannya belum diketahui dengan jelas. Penelitian jiwa menyebutkan bahwa wanita cenderung memberikan respon terhadap kesengsaraan dengan cara menarik diri dan menyalahkan dirinya sendiri. Sebaliknya, pria cenderung menolak atau mengalihkannya kedalam berbagai kegiatan. (Dharmono, 2008)

5.     Tanda Dan Gejala Depresi.

    Gejala depresi adalah kumpulan dari perilaku dan perasaan yang secara spesifik dapat dikelompokkan sebagai depresi. Namun setiap orang mempunyai perbedaan yang mendasar, yang memungkinkan suatu  peristiwa atau  perilaku dihadapi secara berbeda dan memunculkan  reaksi yang  berbeda antara satu orang dengan yang lain. Gejala utama depresi yaitu efek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya aktifitas. Namun gejala-gejala depresi dapat dilihat dari tiga segi, yaitu gejala dilihat dari segi fisik, psikis dan sosial. Secara lebih jelasnya, akan diuraikan sebagi berikut :
a.    Gejala Fisik
Menurut beberapa ahli, gejala depresi  yang  kelihatan ini mempunyai  rentangan dan variasi yang  luas sesuai dengan  berat  ringannya depresi  yang dialami.  Namun secara garis besar ada beberapa gejala fisik umum yang  relatif  mudah dideteksi.
Gejala itu seperti: gangguan pola tidur (sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit), konstipasi, pusing, makan berlebih, perubahan haid, perubahan berat badan. Pada umumnya, orang yang mengalami depresi menunjukkan perilaku  yang  pasif, menyukai kegiatan yang tidak melibatkan orang lain seperti nonton TV, makan tidur, menurunnya efisiensi kerja.
Penyebabnya jelas, orang yang terkena depresi akan sulit memfokuskan  perhatian atau pikiran pada suatu  hal, atau pekerjaan. Sehingga, mereka juga akan sulit memfokuskan energi pada hal-hal  prioritas. Oleh  karena  itu, keharusan untuk tetap beraktivitas membuatnya semakin kehilangan energi karena energi yang ada sudah banyak terpakai untuk mempertahankan diri agar  tetap  dapat  berfungsi seperti biasanya. Mereka mudah  sekali  lelah, capai padahal belum melakukan aktivitas yang berarti, mudah merasa letih dan sakit. Jelas saja, depresi itu sendiri adalah perasaan negatif. Jika seseorang menyimpan perasaan negatif maka jelas akan membuat letih karena membebani pikiran dan  perasaan  dan orang tersebut harus memikulnya dimana saja dan kapan saja, suka tidak suka.
b.    Gejala Psikis
Gejala-gejala psikis yang sering muncul adalah sebagai berikut:
1)    Kehilangan rasa percaya diri.
Penyebabnya, orang yang mengalami depresi cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negatif, termasuk menilai diri sendiri. Pasti mereka senang sekali membandingkan antara dirinya dengan orang lain. Orang lain dinilai lebih sukses, pandai, beruntung, kaya, lebih berpendidikan, lebih berpengalaman, lebih diperhatikan oleh atasan, dan pikiran negative lainnya.
2)    Sensitif.
Orang yang mengalami depresi senang sekali mengkaitkan segala sesuatu dengan dirinya. Perasaannya sensitif sekali, sehingga sering peristiwa yang netral jadi dipandang dari sudut pandang yang berbeda oleh mereka, bahkan disalah artikan. Akibatnya, mereka mudah tersinggung, mudah marah, perasa, curiga akan maksud orang lain  (yang  sebenarnya tidak ada apa-apa),  mudah sedih, murung, dan lebih suka menyendiri.
3)    Merasa diri tidak berguna.
Perasaan tidak berguna ini muncul karena mereka merasa menjadi orang yang gagal terutama di bidang atau lingkungan yang seharusnya mereka kuasai. Misalnya, seorang manajer mengalami depresi karena ia dimutasikan ke bagian lain. Dalam persepsinya, pemutasian itu disebabkan ketidak mampuannya dalam bekerja dan  pimpinan menilai dirinya tidak cukup memberikan kontribusi sesuai dengan yang diharapkan.
4)    Perasaan bersalah.
Perasaan bersalah terkadang timbul dalam pemikiran orang yang mengalami depresi. Mereka memandang suatu kejadian yang menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat dari kegagalan mereka melaksanakan tanggung jawab yang seharusnya dikerjakan. Banyak pula yang merasa dirinya menjadi beban bagi orang lain dan menyalahkan diri mereka atas situasi tersebut.
5)    Perasaan terbebani.
Banyak orang yang menyalahkan orang lain atas kesusahan yang dialaminya. Mereka merasa terbebani berat karena merasa terlalu dibebani tanggung jawab yang berat.
6)    Secara umum  tidak  pernah  merasa senang  dalam hidup.
Tantangan yang ada, proyek, hobi, atau rekreasi tidak memberikan kesenangan.
c.    Gejala Sosial
Jangan heran jika masalah depresi yang berawal dari diri sendiri pada akhirnya mempengaruhi  lingkungan dan  pekerjaan (atau aktifitas rutin lainnya). Bagaimana tidak, lingkungan tentu akan bereaksi terhadap perilaku orang  yang depresi tersebut yang  pada umumnya negatif (mudah marah, tersinggung, menyendiri, sensitif, mudah letih, mudah sakit). Problem sosial yang terjadi biasanya berkisar pada masalah interaksi dengan rekan kerja, atasan atau bawahan. Masalah ini tidak hanya berbentuk konflik, namun  masalah  lainnya  juga  seperti perasaan minder, malu, cemas jika berada di antara kelompok dan merasa tidak nyaman untuk  berkomunikasi secara normal. Mereka merasa tidak mampu  untuk bersikap terbuka dan secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun ada kesempatan.
( Maryam. et all, 2008, Syamsudin, 2008, Idris, 2008, Hadi, 2004 dan Priest, 1994 )

6.    Rentang Depresi

Rentang depresi dapat digolongkan menjadi 3 menurut PPGDJ-III yaitu
a.    Depresi Ringan, dengan ciri – ciri :
1)    sekurang – kurangnya harus ada 2 atau 3 gejala utama depresi
2)    ditambah sekurang – kurangnya 2 dari gejala lainya
3)    tidak boleh ada gejala berat diantaranya
4)    lamanya seluruh episode berlangsung sekurang – kurangnya sekitar 2 minggu
5)    hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan social yang biasa dilakukan.


b.    Depresi sedang, dengan cirri - ciri :
1)    sekurang – kurangnya harus ada 2 atau 3 gejala utama depresi seperti pada depresi ringan
2)    ditambah sekurang – kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainya
3)    lamanya seluruh episode berlangsung minimal sekitar 2 minggu
4)    menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial pekerjaan dan urusan rumah tangga

c.    Depresi berat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1)    Depresi berat tanpa gejala psikotik, ciri – cirinya :
(a)    semua 3 gejala depresi harus ada,
(b)    ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainya dan          beberapa diantaranya harus berintensitas berat,
(c)    bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau mampu untuk melaporkan banyak gejala secara rinci.
(d)    episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang – kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu.
(e)    sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan social, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
2)     Depresi berat dengan gejala psikotik, ciri – cirinya:
(a)     episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut depresi berat tanpa gejala psikotic.
(b)     disertai waham, halusinasi atau stupor depresif, waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi audiotorik (suara) atau olfaktorik (penciuman) biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotorik yang berat dapat menuju pada stupor. Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan efek (mood congruent).

7.     Skala Depresi Lansia menurut Beck & Beck.

    Beck memandang individu yang mengalami depresi perasaan dan perilakunya diakibatkan oleh persepsi negatif mereka dan verbalisme-mereka. Penelusuran literatur yang dilakukan oleh Beck menemukan konsistensi yang menarik perhatian mengenai depresi, seperti adanya penurunan mood, kesedihan, pesimisme tentang masa depan, retardasi dan agitasi, sulit berkonsentrasi, menyalahkan diri sendiri, lamban dalam berpikir serta serangkaian tanda vegetatif seperti gangguan dalam nafsu makan maupun  gangguan dalam hal tidur. Beck sendiri membuat simptom-simptom itu menjadi simptom - simptom emosional, kognitif, motivasional dan vegetatif fisik, yang secara rinci sebagai berikut :
a.    Simptom Emosional
Merupakan perubahan perasaan atau tingkah laku yang merupakan akibat langsung dari keadaan perasaannya. Dalam mengukur manifestasi emosi, adalah penting untuk menghitung tingkat mood dan tingkah laku individu. Kondisi berkenaan dengan gejala emosional itu adalah suasana hati sedih. Suasana hati didefinisikan secara berbeda oleh setiap penderita. Maka dari itu peneliti harus mengetahui deskripsi dan konotasi dari kata yang digunakan oleh penderita.
 Intensitas deviasi perasaan harus diperhatikan pula sehingga penggunaan kata yang mewakili durasi harus dipertimbangkan. Penderita juga mempunyai perasaan yang negatif terhadap diri. Hal ini  mungkin berhubungan dengan perasaan disphoria, tetapi yang cenderung mengarah pada diri sendiri. Kehilangan kebahagiaan atau kepuasan merupakan suatu proses yang terus berkembang. Kondisi ini muncul berawal pada aktivitas tertentu dan seiring dengan perkembangan depresi, kemudian meluas pada berbagai aktivitas lainnya termasuk pelaksanaan peran yang menjadi tanggung jawabnya. Kehilangan keterlibatan emosi kasih sayang diwujudkan dengan menurunnya derajat ketertarikan pada aktivitas tertentu atau menurunnya perhatian terhadap orang  lain. Penderita juga lebih sering menangis, stimulus yang pada keadaan sebelumnya tidak membuatnya menangis pada saat ini justru menimbulkan tangisan. Tetapi, pada tahap yang lebih parah, pasien justru tidak dapat menangis lagi meskipun ia menginginkannya. Hilangnya respon yang menggembirakan dalam arti hilangnya kemampuan menangkap humor. Humor tidak lagi memberikan kepuasan, semua dilihat secara serius bahkan dapat menimbulkan respon tersinggung.
b.    Simptom Kognitif
Beck menyatakan manifestasi kognitif yang muncul, antara lain adanya penilaian diri yang rendah, harapan-harapan yang negatif, menyalahkan dan mengkritik diri sendiri, tidak dapat memutuskan dan adanya distorsi body image. Adanya penilaian diri yang rendah muncul dengan adanya harga diri yang rendah. Ia menilai dirinya sebagai seorang yang berkekurangan meskipun mempunyai hal-hal spesifik yang penting. Penderita depresi mempunyai harapan negatif yang ditandai dengan munculnya pesimisme yang berhubungan erat dengan rasa ketidak berhargaan. Mereka mempunyai bayangan buruk dan penolakkan terhadap kemungkinan berbagai perubahan. Mereka berkeyakinan bahwa kondisi kekurangannya akan berlangsung terus atau akan menjadi  semakin buruk. Gejala lainnya adalah penyalahan terhadap diri atau memikul tanggung jawab pada diri sebagai penyebab kesulitan atau masalah yang terjadi. Segala hal yang merugikan dianggap berasal dari kekurangannya. Bahkan pada kasus yang lebih parah, penderita mungkin menyalahkan dirinya untuk hal-hal yang sebenarnya tidak berkaitan dengan dirinya. Penderita juga mengalami kesulitan dalam membuat keputusan, bimbang memilih alternatif yang ada atau keputusannya sering berubah. Keadaan tersebut terjadi disebabkan; pertama penderita mengantisipasi membuat keputusan yang salah, kedua karena adanya kehilangan kemauan dan kecenderungan menghindar atau meningkatkan ketergantungan pada lingkungannya.
c.    Simptom Motivasional
Berkaitan dengan hasrat dan ketergugahan penderita yang cenderung regresif. Istilah regresif dikaitkan dengan aktivitas yang dilakukan, dengan derajat tanggung jawab atau dengan banyaknya energi yang akan digunakan. Penderita melarikan diri dari aktivitas yang menuntut peran dewasa dan memilih aktivitas yang lebih memiliki karakteristik peran anak-anak. Kehilangan motivasi positif, kelumpuhan kemauan, adalah ciri yang menyolok. Untuk melakukan tugas utama, seperti makan, perawatan diri atau mencari pengobatan merupakan hal yang berat bagi mereka. Mereka cenderung menghindar dan ingin mengelakkan diri dari pola yang biasa atau rutin dalam hidupnya. Rutinitas dinilai membosankan, tidak berarti atau memberatkan. Mereka sangat ingin mendapat bantuan, bimbingan atau arahan dari orang lain. Lebih parah lagi mereka dapat berkeinginan bunuh diri yang muncul dalam berbagai bentuk. Hal ini dialami sebagai harapan yang pasif (“Saya harap, saya orang mati “), sebagai harapan aktif  (“Saya ingin bunuh diri “), atau sebagai pikiran yang berulang, obsesif, tanpa kualitas kemauan melakukan aktivitas seperti melamun. Harapan ini kadang-kadang menetap, tapi ada juga yang timbul dan menghilang.

d.    Simptom Gejala Fisik – Vegetatif
Perwujudan gejala vegetatif dan fisik benar-benar dipertimbangkan peneliti sebagai bukti untuk melihat gangguan otonom atau hypothalamic yang bertanggung jawab terhadap keadaan depresi (Cambell, 1953. Kraines, 1957). Gejala fisik yang muncul adalah kondisi mudah lelah, hal tersebut sering dirasakan sebagai fenomena fisik murni dan sebagian menganggap sebagai kelelahan akibat kehilangan energi. Gejala kehilangan nafsu makan untuk beberapa penderita bisa merupakan tanda awal dan kembalinya nafsu makan mungkin menjadi tanda pula bahwa kehidupannya telah kembali. Penderita juga tidur lebih sedikit daripada orang normal dan terdapat derajat kegelisahan yang menyolok selama semalam. Pada beberapa kasus, mereka juga kehilangan minat seksual, baik pada diri sendiri maupun terhadap lawan jenis. Model kognitif depresi berkembang dari observasi-observasi klinis yang sistematis dan pengujian-pengujian eksperimental yang berulang kali (Beck, 1979). Model kognitif mendalilkan 3 (tiga) konsep spesifik, yaitu :
1)    Concept of Cognitive Triad
    Cognitive Triad berisi 3 (tiga) pola kognitif utama yang menyebabkan penderita memandang dirinya, masa depannya dan pengalamannya secara ideosinkretik, yaitu didominasi oleh pola-pola kognitif yang negatif.


2)    Schemas
    Unsur utama yang kedua dari Model Kognitif berisi konsep skema. Konsep ini digunakan untuk menjelaskan mengapa penderita depresi mempertahankan penyebab rasa sakit dan sikap menyalahkan diri walaupun terdapat bukti objektif dari faktor-faktor positif dalam hidupnya.
3)    Cognitive Error
    Pada individu depresi ditemui karakteristik pemikiran yang mencerminkan berbagai penyimpangan dari kenyataan. Kesalahan sistematik dalam pemikiran penderita menambah kepercayaan terhadap keakuratan konsep negatifnya walaupun bukti yang sebenarnya sangat berlawanan (Beck, 1967).

Individu yang mempunyai gabungan sifat dari konsep yang telah dijabarkan diatas, memiliki predisposisi untuk mengembangkan depresi klinis pada kehidupan selanjutnya. gabungan sifat dari konsep depresi tersebut dapat menjadi depresi, tergantung pada kondisi yang mampu mengaktifkan gabungan sifat dari konsep tersebut. Diantaranya adalah :
a)    Stres Yang Spesifik
Kondisi atau peristiwa yang memiliki persamaan dengan pengalaman traumatic pada masa lalu dapat menjadi stres kelompok ini. Kondisi-kondisi yang dapat menimbulkan stres yang spesifik dikemukakan Beck antara lain situasi yang dapat menurunkan harga diri (ditolak cinta, kegagalan dalam studi, mendapat PHK, diasingkan keluarga), situasi yang menghambat tujuan penting atau dilemma yang harus dipecahkan, penyakit, gangguan fisik atau abnormalitas, kemunduran fisik atau kematian, rangkaian situasi stres yang berulang sehingga mematahkan toleransi stresnya terhadap situasi tersebut.
b)    Stres Yang Non Spesifik
Individu akan dapat mengembangkan bentuk gangguan psikologis bila dihadapkan pada stres  yang berlebihan. Misalnya : bencana yang tidak terduga. Tetapi, kadang-kadang depresi tercetus tidak melalui peristiwa tunggal yang berlebihan melainkan dari serangkaian peristiwa yang dialami.
c)    Faktor-Faktor Lain
Merupakan faktor yang mampu mengembangkan depresi, di luar dua faktor di atas. Beck menyebut salah satu faktor itu sebagai ketegangan psikologis, yaitu stimulasinya berlebihan atau berkepanjangan periodenya. (Iskandarsyah 2006, Saptorini 2008 )

Referensi

Anonim 1. (2004).  Depresi. Diakses tanggal 24 Oktober  2008 dari http://medicastore.com/med/detail_pyk.php?id=&iddtl=260&idktg=5&idobat=&UID=20081019111423222.124.206.2.

Anonim 3.(2008). Teori depresi. Diakses tanggal 24 Oktober 2008 dari http://bowothea.blogspot.comBambang Y.MS. (1997).  Mengatasi depresi. Jakarta; Gramedia Pustaka Utama.

Budiyanto. F.X. (1990).  Psikologi populer menghadapi depresi & elasi (Edisi ke-3). Jakarta: Arcan.

Dharmono, S. (2008).  Depresi dan kualitas hidup pada lanjut usia. Diakses tanggal 24 Oktober 2008 dari http://www.medicastore.com/med/berita.php?id=121&iddtl=&idktg=&idobat.


 Erwin. K.Sp.Kj. (2008). Agar depresi tidak menghampiri.  Diakses tanggal 24 Oktober 2008 dari http://www.pro-vclinic.web.id/articles/agar-depresi-tidak-menghampiri.html.

Hadi.P. (2004).  Depresi & Solusinya.  Yogyakata: Tugu.

Idris.F.  (2007).  Masyarakat Indonesia mengidap depresi. Diakses tanggal 24 Oktober 2008 dari http://www.bluefame.com/lofiversion/index.php/t38903.html

Keliat, BA. (1998). Penatalaksanaan stress. Jakarta : EGC

Maslim, R. (2001).  Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ-II Jakarta:  PT. Nuh Jaya.

Rasmun, Skp, M.Kep. (2004).  Stres, Koping dan Adaptasi teori dan pohon masalah keperawatan. Jakarta: CV.Sagung Seto

1 komentar:

  1. What online casino games will you play at the Khmerian online casino
    a collection of games at kadangpintar the 제왕카지노 Khmerian online 메리트 카지노 고객센터 casino. A collection of slots, poker, blackjack, roulette, baccarat, and baccarat games,

    BalasHapus