Senin, 05 April 2010

DRESSING INFUS

Terapi Infus adalah tindakan yang dilakukan dengan cara memasukkan cairan, elektrolit, obat intravena dan nutrisi parenteral ke dalam tubuh melalui intravena. Tindakan ini sering merupakan tindakan life saving seperti pada kehilangan cairan yang banyak, dehidrasi dan syok, karena itu keberhasilan terapi dan cara pemberian yang aman diperlukan pengetahuan dasar tentang keseimbangan cairan dan elektrolit serta asam basa. Tindakan ini merupakan metode efektif dan efisien dalam memberikan suplai cairan ke dalam kompartemen intravaskuler. Terapi intravena dilakukan berdasarkan order dokter dan perawat bertanggung jawab dalam pemeliharaan terapi yang dilakukan. Pemilihan pemasangan terapi intravena didasarkan  pada beberapa faktor, yaitu tujuan dan lamanya terapi, diagnosa pasien, usia, riwayat kesehatan dan kondisi vena pasien. Apabila pemberian terapi intravena dibutuhkan dan diprogramkan oleh dokter, maka perawat harus mengidentifikasi larutan yang benar, peralatan dan prosedur yang dibutuhkan  serta mengatur dan mempertahankan sistem.( Darmawan, 2007)
1.    Tujuan Terapi Infus
Tujuan terapi infus adalah:
a.    Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral.
b.    Mengoreksi dan mencegah  gangguan cairan dan elektrolit
c.    Memperbaiki keseimbangan asam basa
d.    Memberikan tranfusi darah
e.    Menyediakan medium untuk pemberian obat intravena
f.    Membantu pemberian nutrisi parenteral
2.    Indikasi pemberian infus
a.    Keadaan emergency (misal pada tindakan RJP), yang memungkinkan pemberian obat langsung ke dalam IV
b.    Keadaan ingin mendapatkan respon yang cepat terhadap pemberian obat
c.    Klien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus melalui IV
d.    Klien yang mendapat terapi obat yang tidak bisa diberikan melalui oral atau intramuskuler
e.    Klien yang membutuhkan koreksi/pencegahan gangguan cairan dan elektrolit
f.    Klien yang sakit akut atau kronis yang membutuhkan terapi cairan
g.    Klien yang mendapatkan tranfusi darah
h.    Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur  infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)
i.    Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infuse.
3.    Kontraindikasi pemberian infus
Infus dikontraindikasikan pada daerah:
a.    Daerah yang memiliki tanda-tanda infeksi, infiltrasi atau trombosis
b.    Daerah yang berwarna merah, kenyal, bengkak dan hangat saat disentuh
c.    Vena di bawah infiltrasi vena sebelumnya atau di bawah area flebitis
d.    Vena yang sklerotik atau bertrombus
e.    Lengan dengan pirai arteriovena atau fistula
f.    Lengan yang mengalami edema, infeksi, bekuan darah, atau kerusakan kulit
g.    Lengan pada sisi yang mengalami mastektomi (aliran balik vena terganggu)
h.    Lengan yang mengalami luka baker
Dresing infus merupakan tindakan yang dilakukan dengan mengganti balutan/plester  pada area insersi infus. Frekuensi penggantian balutan ditentukan oleh kebijakan institusi. Dulu penggantian balutan dilakukan setiap hari, tapi saat ini telah dikurangi menjadi setiap 48 sampai 72 jam sekali, yakni bersamaan dengan penggantian daerah pemasangan IV (Roca,et.al. 1998)
4.    Tujuan dressing infuse
a.    Mempertahankan tehnik steril
b.    Mencegah masuknya bakteri ke dalam aliran darah
c.    Pencegahan/meminimalkan  timbulnya infeksi
d.    Memantau area insersi
5.    Indikasi
a.    Pasien yang dipasang infus lebih dari satu hari
b.    Balutan infus basah atau kotor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar