Selasa, 20 April 2010

21 April 2010

KONSEP KELUARGA

1.PENGERTIAN

a.Spradley dan Allender (1996)
Satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional, dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan tugas.

b.BKKBN (1992)
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan satu kesatuan yang terbentuk atas dasar ikatan pernikahan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, saling berinteraksi dan berperan masing-masing sebagai pribadinya.

2.STRUKTUR KELUARGA

Menurut Friedman (1988) struktur keluarga terdiri atas:

a. Pola dan Proses Komunikasi

Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi seperti : sender, chanel-media, massage, environtment dan reciever.

Komunikasi dalam keluarga yang berfungsi adalah:

1). Karakteristik pengirim yang berfungsi

Yakin ketika menyampaikan pendapat
Jelas dan berkualitas
Meminta feedback
Menerima feedback




2). Pengirim yang tidak berfungsi

Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan dasar/data yang obyektif)
Ekspresi yang tidak jelas (contoh: marah yang tidak diikuti ekspresi wajahnya)
Jugmental exspressions, yaitu ucapan yang memutuskan/menyatakan sesuatu yang tidak didasari pertimbangan yang matang. Contoh ucapan salah benar, baik/buruk, normal/tidak normal, misal: ”kamu ini bandel...”, ”kamu harus...”
Tidak mampu mengemukakan kebutuhan
Komunikasi yang tidak sesuai

3). Karakteristik penerima yang berfungsi

Mendengar
Feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengalaman)
Memvalidasi

4). Penerima yang tidak berfungsi

Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar
Diskualifikasi, contoh : ”iya dech.....tapi....”
Offensive (menyerang bersifat negatif)
Kurang mengeksplorasi (miskomunikasi)
Kurang memvalidasi

5). Pola komunikasi di dalam keluarga yang berfungsi

Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira
Komunikasi terbuka dan jujur
Hirarki kekuatan dan peraturan keluarga
Konflik keluarga dan penyelesaiannya

6). Pola komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi

Fokus pembicaraan hanya pada sesorang (tertentu)
Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi
Kurang empati
Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri
Tidak mampu memfokuskan pada satu isu
Komunikasi tertutup
Bersifat negatif
Mengembangkan gosip
b. Struktur Keluarga

Struktur keluarga menyatakan bagaimana keluarga disusun, yaitu cara-cara yang digunakan untuk menata unit-unit tersebut saling terkait satu sama lain, dimensi / unit-unit tersebut adalah struktur peran, sistem nilai, proses komunikasi dan struktur kekuasaan.

1.Peran Keluarga
Peran diartikan dengan apa yang individu-individu harus lakukan dalam situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut (Ruge, 1976 dikutip oleh Friedman, 1998). Sehingga fungsi-fungsi keluarga dapat dicapai dengan maksimal (Turner, 1976 dikutip oleh Fridman, 1998) dengan kriteria masing-masing indivu menekankan pentingnya kemplementaritas peran. Kapabilitas peran-peran dan norma-norma keluarga dengan norma-norma kemasyarakatan, kehadiran peran dalam keluarga yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota keluarga dan kemampuan keluarga untuk memberikan respon terhadap perubahan melalui fleksibilitas peran (Glasser dan Glasser 1970 Messer, 1970 dikutip oleh Friedman, 1998) serta alokasi peran bersifat masuk akal dan tidak membebani satu anggota atau lebih peran formal.
Pembagian peran dalam keluarga dilakukan secara merata kepada setiap anggotanya disesuaikan dengan peran yang membutuhkan keterampilan dan kemampuan tertentu, tetapi ada juga peran lain yang tidak terlalu komplek dan dapat didelegasikan kepada anggota keluarga yang kurang terampil atau kepada mereka yang kurang memiliki kekuasaan. Peran formal yang biasanya ada dalam keluarga yaitu peran sebagai pencari nafkah, ibu rumah tangga, pengasuh anak, tukang masak, manager keuangan, sopir, dan lain-lain. Jika dalam keluarga hanya terdapat sedikit atau bahkan tidak ada anggota keluarga yang memenuhi perannya maka tuntutan dan kesempatan untuk menggantikan peran yang lain lebih tinggi sehingga peran dalam keluarga tetap berfungsi (Murray dan Zentner, 1985 dikutip oleh Friedman, 1998)
Disamping contoh peran formal diatas, menurut (Gesas, 1976 dikutip oleh Friedman, 1998) juga mengidentifikasi enam peran dasar sebagai suami (ayah), istri (ibu), peran-peran tersebut adalah peran sebagai providen (penyedia) sebagai pengatur rumah tangga, perawat anak, sosialisasi anak, rekreasi, persaudaraan (memelihara hubunga keluarga paternal dan maternal), peran terapeutik memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan dan peran seksual.
Peran Informal
Peran informal bersifat implicit atau tidak tampak hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individual (Satir, 1976 dikutip oleh Friedman, 1998) menurut Friedman (1998) peran-peran informal tersebut ada yang bersifat adaptif dan maladaptif yaitu sebagai pendorong, pengikut, pencari pengakuan, martir, keras hati, sahabat, kambing hitam, keluarga, penghibur, perawat keluarga, pioner, keluarga distributor, dan orang yang tidak relevan, kordinator keluarga, penghubung keluarga dan saksi.

2.Struktur Nilai
Nilai adalah sebuah keyakinan abadi yang berfungsi sebagai pedoman bagi tindakan (Rokeach,1973 dikutip oleh Friedman,1998). Sedangkan nilai-nilai keluarga didefinisikan sebagai suatu sistem ide sikap dan kepercayaan tentang nilai suatu keseluruan atau konsep yang sadar maupun yang tidak sadar mengikat bersama-sama seluruh anggota keluarga dalam suatu budaya (Darat dan Caplan,1965 dikutip oleh Friedman,1998). Kebudayaan keluarga merupakan suatu sumber sistem nilai dan norma-norma yang menentukan pemahaman individu sifat serta makna kehidupan.
Nilai-nilai bersifat dinamis serta berfungsi sebagai pedoman umum bagi perilaku dalam keluarga sebagai nilai-nilai tersebut membimbing perkembangan aturan-aturan dari keluarga (Friedman,1998)
Norma-norma merupakan pola-pola perilaku yang dianggap menjadi hak dari sebuah masyarakat tertentu,dan pola-pola perilaku semacam itu disarankan pada sistem nilai dari keluarga berbeda dengan aturan-aturan keluarga yang merupkan suatu refleksi keluarga menunjuk pola pangaturan khusus yang keluarga pertahankan yaitu tentang apa yang dapat diterima dan tidak dapat diterima serta diatur keluarga diatur oleh nilai-nilai yang lebih abstrak (Friedman,1988).

3.Struktur Proses dan Pola Konsumsi

Struktur keluarga, khususnya struktur komunikasi berfungsi memudahkan pencapaian fungsi keluarga secara umum,misalnya komunikasi yang akurat memungkinkan kelurga mensosialisasikan anak-anak dan fungsi dasar dari keluarga. Komunikasi keluarga juga dipandang baik sebagai damensi struktural maupun proses sistem. Dengan kata lain, komunikasi keluarga dapat dianggap sebagai isi yang tercipta dan digambarkan sebagai suatu komponen struktural.(Friedman,1998)
Komunikasi fungsional dipandang sebagai kunci bagi sebuah keluarga yang berhasil dan sehat yaitu komunikasi yang sesuai antar tingkat perintah atau intruksi dan isi (Satir, 1983 dikutip oleh Friedman, 1988). Friedman juga menjelaskan komunikasi yang efektif adalah mencocokan arti,mencapai konsisten dan mencapai kesesuaian antara pesan yang diterima dan diharapkan.

1.Pengirim fungsional
Satir (1907) dikutip oleh Friedman (1988) menyatakan bahwa pengirim yang berkomunikasi dalam suatu cara fungsional dapat : pada saat yang sama ia menjelaskan dan mengubah apa yang ia katakana meminta umpan balik dan bersikap menerima umpan balik ketika ia mendapatkannya.

2.Penerima fungsional
Penerima fungsionl dapat melakukan:mendengar secara aktif, memberikan umpan balik, menerima pengirim menjelaskan dan mengubah pernyataan ini mendorong pengirim untuk menggali secara penuh, menegosiasi, dimana dalam menegosisai penerima menciptakan suatu hubungan antar pengalaman, pengalaman sebelumnya (Gottman et,al,1977­) dikutip oleh Friedman, 19880. Menyatakan kembali dan meriksa persepsi dan yang terakhir validasi.

Komunikasi Disfunsional
Komunikasi yang tidak sehat pada pengirim dibahas dalam 5 kategori yaitu:
a. Asumsi-asumsi
Dibawah ini merupakan contoh pemakaian asumsi, yaitu berbicara untuk orang lain, apa yang dirasakan atau dievaluasi terdapat diubah, peran yang tidak komplit berasumsi orang lain mengungkapkan persepsi, pikiran dan perasaan yang sama, generasi satu contoh mewakili semua.
b. Ekspresi perasaan tak jelas
contoh pengungkapan tak jelas yaitu : sarkasme, kemarahan, terpendam, ungkapan sakit hati sebagai marah.
c. Ekspresi menghakimi
d. Ketidakmampuan mengungkapan kebutuhan
e. Komunikasi yang kongruen

3.Penerima Disfungsional
Penerima disfungsional meliputi : gagal mendengar, disfungsional, dan kurang ekspresi

d.Struktur kekuatan keluarga

Menurut MC Donald (1980) dikutip oleh Friedman (1988), kekuasaan didefinisikan dengan kemampuan, baik kemampuan potensial maupun aktual dari seorang individu untuk mengontrol mempengaruhi dan merubah tingkah laku seseorang.

Dasar-dasar kekuasan keluarga

1. Kekuasaan / wewenang yang sah

Kekuasaan yang sah kadang disebut juga wewenang primer dimana satu orang mempunyai hak untuk mengontrol tingkah laku dari satu anggota keluarga lain, contohnya adalah kontrol dominasi orang tua terhadap anak-anak. Hal ini merupakan wewenag yang berdasar atas tradisi disini suami sebagai kepala keluarga mengontrol seluruh anggota keluarga. Jika kekuasaan sah ada, maka baik suami maupun istri sama-sama menerima peran dominant, artimya sama-sanma menunjukkan penerimaan terhadap peran (Friedman, 1988)
2. Kekuasaan yang berdaya atau putus asa

Tipe kekuasaan ini merupakan suatu bentuk penting dari kekuasaan sah yang didasarkan pada pihak yang diterima secara umum dari mereka yang tidak berdaya (Week dan Gacson, 1982 dikutip oleh Friedman, 1988) mereka juga menerangkan bahwa korban memperoleh banyak kekuasaan palsu dalam keluarga. Kekuasaan yang tidak berdaya mungkin sangat efektif dalam keluarga dimana salah satu anggotanya kronis, cacat, lansia. Seorang suami / istri / anggota keluarga yang cacat dapat mengontrol anggota keluarga atas dasar ketidakberdayaan (Friedman, 1988)

3. Kekuasaan referen

Kekuasaan referen mempunyai arti senacam kekuasaan yang dimulai oleh orang-orang tertentu terhadap orang lain karena identitas positif terhadap seperti identifikasi positif dari seorang anak terhadap orang tua, serta biasanya orang tua merupakan orang yang menjadi model peran (Friedman, 1988)

4. Kekuasaan ahli dan sumber

Kekuasaan sumber adalah tipe dasar kekuasaan yang datangnya dari sumber-sumber berharga dalam jumlah yang lebih banyak dalam suatu hubungan. Jika kekuasaan didefinisikan sebagai kemampuan untuk menekan atau mempengaruhi sumber-sumber atau atribut-atribut tertentu, suasana, pemilikan dipandang sebagai determinan utama kemampuan ini (Osmond, 1978) dikutip oleh Friedman, 1988
Misalnya suami dominant karena ia mengontrol uang belanja / istri dominan karena istri lebih praktis dan lebih terarah pada tujuan suami

4.Kekuasaan penghargaan

Kekuasaan penghargaan berasal dari adanya harapan bahwa orang yang berpengaruh dan dominan akan melakukan sesuatu yang positif terhadap ketaatan seseorang (Friedman, 1988)

5.Kekuasaan dominasi atau paksaan

Penggunaan yang efektif dari sumber-sumber ker\kuasaan ini berdasarkan persepsi dan kepercayaan bahwa orang yang memiliki kekuasaan mungkin akan menghukum dengan ancaman, paksaan atau kekerasan yang bersifat memaksa digunakan dengan pengambilan keputusan paksa pula (Friedman, 1988)




6.Kekuasaan informasional

Dasar kekuasaan ini berasal dari pesan persuasif. Seorang anak individu diyakinkan oleh kebenaran dari pesan karena penjelasannya tentang pentingnya perubahan yang dilakukan secara gemilang dan hati-hati (Roven, et, al, 1975 dikutip oleh Friedman, 1988). Tipe kekuasaan ini sama dengan kekuasaan ahli tapi ruang lingkupnya sempit.

7.Kekuasaan manajemen ketegangan

Tipe dasar kekuasaan ini diturunkan dari control dimana dicapai oleh pasangan dengan mengoreksi ketegangan dan konflik yang ada dalam keluarga dengan menggunakan perdebatan penuh air mata, mencabit dan ketidak pastian dalam memasukkan, contoh kekuasaan manajemen ketegangan (Friedman, 1988)

3. TIPE KELUARGA

Tipe/Bentuk Keluarga

Keluarga merupakan salah satu bagian dari bidang garap dunia keperawatan, oleh karena itu supaya perawat bisa memberikan asuhan keperawatan dengan tepat, perawat harus memahami tipe keluarga yang ada..

i.Tradisional
The Nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak
The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak yang sudah memisahkan diri.
The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karier/pendidikan yang terjadi pada wanita.
The extended family
Keluarga yang terdiri dari dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah, seperti nuclear family disertai: paman, tante, orang tua (kakek-nenek), keponakan
The single parent family
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hokum pernikahan)
Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pad saat ”weekend”
Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama (contoh: dapur, kamar mandi, televisi, telepon,dll)
Blended family
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
The single adult living alone/single adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (perceraian atau ditinggal mati)

ii.Non-Tradisional
The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah
The stepparent family
Keluarga dengan orang tua tiri
Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
The nonmarital heterosexsual cohabiting family
Keluarga yan ghidup bersamaberganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana ”marital pathners”
Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan pernikahan karena beberapa alasan tertentu
Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang saling merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu termasuk sexsual dan membesarkan anak.
Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya
Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

4. TAHAP DAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA

Menurut Duval dan Miller (1985) dikutip oleh Friedman (1988), memformulasikan tahap-tahap perkembangan keluarga menjadi 8 tahap yaitu :

a.Tahap I : Keluarga pemula atau keluarga pasangan baru

Tugas perkembangannya meliputi :
1.Membangun perkawinan yang saling memuaskan
2.Membangun jaringan persaudaraan yang harmonis
3.Keluarga berencana

Masalah kesehatan utama adalah penyelesaian seksual dan peran perkawinan, penyuluhan dan konseling, pre natal dan komunikasi, keluarga informasi sering mengakibatkan masalah-masalah emosional dan seksual, ketakutan, rasa bersalah, kehamilan yang tidak direncanakan dan penyakit kelamin baik sebelum maupun sesudah perkawinan.

b.Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak

Dimulai dengan kelahiran anak pertama keluarga mempunyai tugas perkembangan yang penting.
1.Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap (mengintegrasikan bayi baru kedalam keluarga)
2.Konsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan anggota keluarga
3.Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
4.Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua, kakek dan nenek

Masalah Kesehatan

Masalah kesehatan utma keluarga dalam tahap ini adalah pendidikan maternasi yang berpust pada keluarga, perawat bayi yang baik, pengenalan dan pegangan masalah-masalah kesehatan fisik secara dini, imunisasi, konseling perkembangan anak keluarga berencana, interaksi keluarga dan bidang-bidang peningkatan kesehatan umum (gaya hidup)

Pada tahap kedua ini, peran perawat memberikan konseling dan demonstrasi pada keluarga tentang kebutuhan nutrisi anak.

c.Tahap III : Keluarga dengan anak pra sekolah

Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga mungkin terdiri 3 hingga 5 orang dengan pasti suami / ayah, istri / ibu, anak laki-laki saudara, anak perempuan saudari.

Tugas perkembangan

Menurut Duval Miller (1985) dikutip oleh Friedman (1988) tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :

1.Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain privasi, keamanan.
2.Mensosialisasikan anak
3.Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak yang lain.
4.Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan perkawinan, hubungan orang tua dan anak) dan diluar keluarga (keluarga besar dan komunikasi)

Karena daya tahan spesifik terhadap banyaknya bakteri dan penyakit virus, serta paparan yang mengikat, anak-anak pra sekolah sering menderita sakit dengan satu penyakit infeksi primer secara bergantian. Jadi kontak anak dengan penyakit infeksi dan menular serta kerentanan umum merreka terhadap penyakit merupakan masalah-masalah utama.
Masalah kesehatan fisik yang utama adalah penyakit-penyakit menular yang umum pada anak dan jatuh, luka baker, keracunan, serta kecelakaan-kecelakaan lain yang penting adalah persaingan diantara kakak dan adik, keluarga berencana, kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan. Masalah pengasuh anak seperti pembatasan lingkungan (disiplin), penganiayaan dan menelantarkan anak keamanan dirumah dan masalah komunikasi keluarga (Friedman, 1988).
Tugas perawat dalam tahap ini adalah memberikan pengetahuan pada keluarga terhadap anak usia pra sekolah, memberikan penyuluhan tentang tumbuha kembang anak dan memotifasi keluarga agar memperhatikan kesehatan anak.
d.Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah

Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun

Tugas Perkembangan

1.Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.
2.Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
3.Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga

Akibat perkembangan anak meluas, pengaruh keluarga berubah, orang tua tidak lagi dipandang sebagai hal pokok, tahu segalanya. Anak dan khususnya remaja, belajar bahwa orang tua adalah manusia biasa yang kadang nilai orang tua dan ide-idenya dipertanyakan, serta konflik lebih tinggi antara anak dengan orang tua. Meskipun terjadi konfrontasi bagaimanapun anak masih membutuhkan kasih sayang dan dorongan orang tua, dimana nilai-nilai orang tua, ide-ide dan harapan-harapan akan membantu remaja membentuk diri mereka sendiri (Friedman 1998)

Masalah Kesehatan

Menurut Stanhope dan Lancaster (1998) dikutip oleh Friedman (1998) penyebab angka kematian anak sekolah :

1.Kecelakaan dan injury

Penyebab utama kematian pada anak usia sekolah yaitu : kecelakaan kendaraan bermotor, skate board, sepeda

2.Kanker

Anak usi 1-4 tahun terkena sering kanker terutama leukemia, tindakan yang dilakukan adalah pemeriksaan dini riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik

3.Bunuh diri

Anak yang bunuh diri biasanya berada dalam lingkungan social yang buruk dan mempunyai masalah dalam keluarga, serta gangguan psikiatrik.
Peran perawat dalam tahap ini adalah memotivasi keluarga untuk selalu memperhatikan kegiatan anak baik didalam maupun diluar rumah.

e.Tahap V : Keluarga dengan anak remaja

Tahap keluarga dengan anak remaja diawali pada saat anak pertama berusia 13 tahun, tahap ini akan berlangsung 6 himgga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau jika anak masih tinggal dirumah sampai berusia 19 atau 20 tahun (Duval,1 977 dikutp oleh Friedman, 1998)

Tugas Perkembangan

Menurut Friedman (1998 : 126) tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja yaitu :

1.Mengimbangi kebebasan remaja dengan tanggung jawab sejalan dengan maturitas remaja
2.Memfokuskan kembali hubungan perkawinan (Wilson, 1998 dikutip oleh Friedman, 1998)
3.Melakukan komunikasi terbuka antara orang tua dan remaja
4.Mempertahankan standar etik dan moral keluarga

f.Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda

Permulaan dari fase khidupan keluarga ini ditandai dengan anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan “rumah kosong” ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini agak singkat atau panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang ada dalam rumah atau berapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal setelah tamat sekolah.

Tugas Perkembangan

1.Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru
2.Melanjutkan untuk mempengaruhi dan menyesuaikan kembali
3.Membantu orang tua lanjut usia yang sakit-sakitan dari suami maupun istri

Masalah Kesehatan

Masalah utama kesehatan utama meliputi masalah komunikasi kaum dewasa muda dengan orang tua mereka, masalah transisi peran bagi suami istri, masalah orang yang memberikan perawatan (bagi orang tua usia lanjut) dan munculnya kondisi kesehatan kronis atau faktor-faktor yang berpengaruh seperti tingkat kolesterol tinggi, obesitas dan hipertensi.

g.Tahap VII : Orang tua usia pertengahan

Orang tua usia pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun sampai kurang lebih 16-18 tahun kemudian.


Tugas Perkembangan

1.Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
2.Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua lansia dan anak-anak
3.Memperkokoh hubungan perkawinan

Masalah Kesehatan

1.Kebutuhan promosi kesehatan, istirahat yang cukup, kegiatan waktu luang dan tidur, nutreisi yang baik, program olah raga yang teratur, pengurangan berat badan hingga berat badan yang optimum, berhenti merokok, berhenti / menghentikan penggunaan alcohol, pemeriksaan skrinning kesehatan preventiv
2.Masalah-masalah hubungan perkawinan
3.Komunikasi dan hubungan anak-anak, ipar, cucu, dan orang tua yang berusia lanjut
4.Masalah yang berhubungan dengan perawatan : membantu perawatan orang tua yang lanjut usia yang tidak mampu merawat diri

h.Tahap VIII : Keluarga dalam usia pension dan lansia

Tugas keluarga

1.Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
2.Menyesuaikan terhadap penghasilan yang menurun
3.Mempertahankan hubungan perkawinan
4.Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
5.Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
6.Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (Penelaahan dan integrasi hidup)

Masalah Kesehatan

Faktor-faktor seperti munculnya fungsi dan kekuatan fisik sumber-sumber financial yang tidak memadai, isolasi sosial, dan banyak kehilangan lainnya yang dialami lansia menunjukkan ketentraman psikologi (Kelley et al, 1997 dikutip oleh Friedman 1998), oleh karena itu terdapat masalah-masalah kesehatan yang bersifat multiple.
Peran perawat pada tahap ini diantaranyan memberikan konseling pada keluarga tentang persiapan pelepasan orang yang dicintai.

DAFTAR PUSTAKA




Citra D ,Agus. 2002. Tuntunan Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga,
Bandung : Rizqi Press
Effendy, N. (1998). Dasar-Dasar Perawatan Masyarakat (Edisi 2). Jakarta ; EGC.

Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Bandung : PT Citra Aditya Bakti

Friedman, M, M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek. Alih Bahasa ;
Ina Debora dan Yakim Asy. Jakarta ; EGC

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi Dalam Praktek.
Jakarta ; EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar